Jumat, 04 Mei 2012


ANALISIS PSIKOLINGUISTIK GEMBIRA
oleh I Putu Mas Dewantara


BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Manusia adalah mahluk sosial. Dalam menjalankan kehidupannya seseorang tidak dapat melepaskan diri dari masyarakat. Guna mengaktualisasikan diri sebagai bagian dari masyarakat setiap individu harus mampu memerankan dirinya di tengah masyarakat sesuai dengan statusnya. Menurut Dhurkheim yang dikutip oleh Dr. M. Zaini Hasan dan Dr. Salladin (dalam Pengantar Ilmu Sosial. 1996: 25) mensinyalir bahwa aktualisasi peran diri individu di masyarakat merupakan sesuatu yang bersifat mekanistik. Artinya, sangat naluriah pada apa yang seharusnya dilakukan di tengah-tengah masyarakat.
Peran individu di tengah-tengah masyarakat tidak lepas dari statusnya, yang menuntut adanya upaya atau yang diperjuangkan (achievement) seseorang. Untuk mencapai status sosial dilakukan dengan berbagai cara, yang salah satunya adalah melalui kepribadian individu yang bersangkutan. Kepribadian itu akan dapat dilihat dari ujaran (verbal) maupun tingkah laku (nonverbal) sehari-harinya.
Selain sebagai mahluk sosial yang tidak bisa lepas dari masyarakat, manusia juga merupakan mahluk individu. Setiap orang sebagai mahluk individu tidak mempunyai kesamaan biologis dengan individu yang lain, demikian halnya dengan kepribadian. Kepribadian individu tidak sepeuhnya berasal dari bawaan biologis, lingkungan juga berperan dalam pembentukan kepribadian seorang individu. Bahkan ada yang mengatakan bahwa lingkungan merupakan factor dominan pembentuk kepribadian. Paul Harton (dalam Pengantar Ilmu Sosial. 1996: 25) mensinyalir adanya kontroversi antara kepribadian individu yang berasal dari bawaan biologis dan yang berasal dari lingkungan.
Kepribadian antara individu yang satu dengan individu yang lain tenrtunya tidak sama. Ada seseorang yang bawaannya gampang marah, sedih, gampang benci dengan orang lain, dan ada juga yang memiliki pembawaan gampang sekali gembira. Ini merupakan suatu pembuktian bahwa keadaan emosi tiap individu berbeda adanya.
Perbedaan keadaan emosi dalam diri individu tentulah disebabkan adanya perjalanan hidup yang berbeda pada tiap-tiap individu. Seorang individu yang dari kecil mendapatkan kasih saying yang melimpah dari orang tuanya cendrung akan memiliki emosi yang stabil dengan pembawaan yang riang gembira. Berbeda halnya dengan individu yang kurang merasakan kebahagiaan dan niat atau keinginannya jarang untuk bisa terpenuhi. Individu seperti ini cendrung memiliki emosi yang labil. Pembawaanya bisa sangat sensitif dan mudah marah atau kesal terhadap sesuatu.
Perlu kita ingat bahwa perbuatan atau perilaku kita sehari-hari pada umumnya disertai oleh perasaan-perasaan tertentu, seperti perasaan senang atau tidak senang. Perasaan senang atau tidak senang yang selalu menyertai perbuatan kita sehari-hari disebut afeksi. Afeksi ini kadang-kadang kuat, kadang-kadang lemah, kadang-kadang tidak jelas (samara-samar). Ketika afeksi tersebut kuat, perasaan-perasaan menjadi lebih mendalam, lebih luas, dan lebih terarah. Perasaan-perasaan seperti ini disebut emosi.
Tipe-tipe emosi tidak terhitung banyaknya: kegembiraan, kesedihan, keriangan, cinta, benci marah, kesemuanya barulah sebagian kecil, dan masing-masing dapat dialami dalam taraf yang berbeda-beda, sejak dari yang ringan hingga yang ekstrim. Mereka dapat dikategorikan sebagai yang positif (misalnya: kesenangan, keriangan, cinta) , dan yang negatif (misalnya : benci, marah, takut); dan hampir semua orang secara aktif mencari perasaan emosional yang positif serta berusaha menolak perasaan yang negatif.
Ada beberapa studi yang memberikan kesan, bahwa ada dua bagian yang terpisah pada masing-masing emosi yang kita rasakan. Satu diantaranya adalah kebangkitan umum ( general arousal ); inilah yang dipengaruhi oleh taraf aktivitas system saraf autonomic dan dapat berbeda-beda tarafnya, dari yang sangat rendah, hingga kebangkitan tinggi pada emosi yang ekstrem. Kebangkitan umum mempengaruhi taraf perasaan emosi, sedangkan bagian yang lain menentukan tipe perasaan emosi.
Perasaan-perasaan seperti marah, takut, cemas, gembira tentu saja pernah dialami oleh setiap individu. Hal ini disebabkan kehidupan yang dijalani seseorang tidak pernah datar. Selalu ada gejolak yang dialami oleh seorang individu. Untuk merealisasikan perasaan-perasaan tersebut, biasanya seorang individu tidak hanya menunjukankan dengan kata-kata (verbal), namun kerap kali ditunjukan dengan perbuatan atau tingkah laku (nonverbal).
Pengungkapan perasaan melalui kata-kata sering kali dirasa tidak memuaskan oleh seorang individu. Individu biasanya akan mengiringi bahasa yang diujarkan dengan memberikan tekanan-tekanan (nada suara) untuk lebih menunjukan perasaannya. Bahkan sering kita lihat individu yang hanya menggunakan aktivitas nonverbal untuk menyatakan maksud atau keadaan emosinya.
Mengenai keadaan emosi, baik itu marah, gembira, waswas, takut, dan lain sebagainya, tentunya telah banyak dilakukan penelitian untuk mengkaji lebih dalam rahasia emosi yang dimiliki oleh seorang individu sehingga dapat dicari jalan keluar untuk emosi-emosi yang dirasa tidak perlu dimunculkan. Cara-cara tersebut akan sangat membantu individu yang memiliki keadaan emosi yang tidak stabil.
Dari beberapa penelitian yang telah dilakukan, kebanyakan ahli yang meneliti keadaan emosi marah, takut yang berlebihan, atau waswas. Mungkin salah satu alasannya adalah emosi-emosi ini dapat menyebabkan seseorang merasa terpuruk. Hal ini berarti, hanya sedikit penelitian yang dilakukan mengenai emosi gembira. Oleh karena itulah, penulis merasa tertarik untuk mengkaji emosi gembira yang dimiliki oleh seorang individu.

1.2  Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas, maka permasalahan yang ingin penulis pecahkan dapat dirumuskan sebagai berikut:
1.2.1        Bagaimana latar belakang yang menyebabkan seorang individu memiliki emosi atau perasaan gembira?
1.2.2        Fenomena apa yang dapat dirunut dari individu yang memiliki keadaan emosi atau perasaan gembira?
1.2.3        Bagaimana aspek pikiran orang gembira?
1.2.4        Bagaimana aspek bahasa orang gembira?



1.3  Tujuan Penulisan
Bertolak dari permasalahan yang ingin penulis pecahkan, maka dapat penulis rumuskan tujuan penulisan laporan ini adalah sebagai berikut.
1.3.1        Untuk mengetahui latar belakang yang menyebabkan seorang individu memiliki emosi atau perasaan gembira.
1.3.2        Untuk mengetahui fenomena yang dapat dirunut dari individu yang memiliki keadaan emosi atau perasaan gembira.
1.3.3        Untuk mengetahui aspek pikiran orang gembira.
1.3.4        Untuk mengetahui aspek bahasa orang gembira.


BAB II
LANDASAN TEORI

            Dalam bab ini akan disjikan beberapa teori yang berkenaan dengan penelitian yang dilakukan. Teori-teori tersebut adalah sebagai berikut.
2.1 Psikologi, Linguistik, dan sikolinguistik
2.1.1 Psikologi
Secara etimologi kata psikologi berasal dari bahasa Yunani Kuno psyche dan logos. Kata psyche berarti jiwa, roh, atau sukma sedangkan kata logos berarti ilmu. Jadi, psikologi secara harfiah berarti ilmu jiwa atau ilmu yang objek kajiannya adalah jiwa.
Dalam perkembangan lebih lanjut, psikologi lebih membahas atau mengkaji sisi-sisi manusia dari segi yang bisa diamati. Mengapa ? karena jiwa itu bersifat abstrak, sehingga tidak dapat di amati secara empiris, padahal objek kajian setiap ilmu harus dapat diobservasi secara indrawi. Walaupun besar kemungkinan gerak gerik lahir seseorang belum tentu menggambarkan keadaan jiwa sebenarnya, namun, secara tradisioanal psikologi lazim diartikan sebagai satu bidang ilmu yang mencoba mempelajari prilaku manusia.
Para ahli psikologi belakangan ini juga cenderung untuk menganggap psikologi sebagai suatu ilmu yang mencoba mengkaji proses akal manusia dan segala menifestasinya yang mengatur prilaku manusia itu, tujuan pengkajian akal ini adalah untuk menjelaskan, memprediksikan, dan mengontrol prilaku manusia.
Psikologi yang mentalistik melahirkan aliran yang disebut psikologi kesadaran. Tujuan utamanya adalah mecoba mengkaji proses pikiran akal manusia dengan cara mengintropeksi atau mengkaji diri.oleh karena itu,psikologi kesadaran lazim juga disebut psikologi introspeksionisme.psikologi ini merupakan proses akal dengan cara meihat ke dalam diri sendiri setelah suatu rangsangan terjadi.
Psikologi yang behavioristik melahirkan aliran yang disebut psikologi perilaku.tujuan utama psikologi ini adalah mencoba mengkaji perilaku manusia yang berupa reaksi apabila suatu rangsangan terjadi dan selanjutnya bagaimana mengawasi dan mengontrol perilaku itu.
Psikologi yang Kognifistik dan lazim disebut psikologi kognitif mencoba mengkaji proses-proses kognitif manusia secara ilmiah.yang dimaksud proses kognitip adalah proses akal manusia yang bertanggung jawab mengatur pengalaman dan perilaku manusia.perbedaan dengan psikologi kesadaran adalah bahwa menurut faham mentalisme proses-prose akal itu berlangsung setelah terjadinya rangsangan.Sedangkan menurut psikologi Kognitif proses akal itu dapat terjadi karena adanya kekuatan dari dalam,tanpa ada rangsangan terlebih dahulu.
Psikologi sangat berkaitan erat dengan kehidupan manusia dalam segala kegiatannya yang sangat luas.oleh karena itu,muncullah berbagai cabang psikologi yang diberi nama sesuai dengan penerapannya.di antara cabang-cabang itu adalah psikologi sosial, psikologi perkembangan, psikologi klinik, psikologi komunikasi, dan psikologi bahasa.

2.1.2 Linguistik
Secara umum linguistik lazim diartikan sebagai ilmu bahasa atau ilmu yang mengambil bahasa sebagai objek kajiannya. Pakar linguistik disebut linguis.Bahasa itu sendiri merupakan fenomena yang hadir dalam segala aktivitas kehidupan manusia. Oleh karena itu,kita bisa lihat adanya berbagai cabang linguistik yang dibuat berdasarkan berbagai kriteria atau pandangan. Secara umum pembidangan linguistik itu adalah sebagai berikut.
Pertama, menurut objek kajiannya linguistik di bagi dua yaitu linguistik mikro dan makro. Kajian linguistik mikro adalah struktur internalbahasa itu sendiri, mencakup struktur fonologi, morfologi sintaksis, dan leksikon. Sedangkan kajian lingustik makro adalah bahasa dalam hubungannya dengan faktor-faktor di luar bahasa seperti faktor sosiologis, psikologis, antropologi, dan neurologi.
Kedua, menurut tujuan kajiannya linguistik dapat di bedakan atas dua bidang besar yaitu linguistik teoretis dan linguistik terapan. Kajian teoretis hanya di tujukan untuk mencari atau menemukan teori-teori linguistik belaka. Sedangkan kajian terapan di tujukan untuk menerapkan kaidah-kaidah linguistik dalaam kegiatan praktis, seperti dalam pengajaran bahasa, terjemahan, penyusunan kamus, dan sebagainya.
Ketiga, adanya disubut linguistik sejarah dan sejarah linguistik. Linguistik sejarah, mengkaji perkembangan dan perubahan suatu bahasa atau sejumlah bahasa, baik dengan diperbandingkan maupun tidak. Sedangkan sejarah linguistik, mengkaji perkembangan ilmu linguistik, baik mengenai tokoh-tokohnya, aliran-aliran teorinya, maupun hasil-hasil kerjanya.
2.1.3    Psikolinguistik
Psikolinguistik terbentuk dari kata psikologi dan linguistik, yakni dua bidang ilmu yang berbeda, yang masing-masing berdiri sendiri, dengan prosedur dan metode yang berlainan. Namun, keduanya sama-sama meneliti bahasa sebagai objek formalnya.
Pada awalnya kerja sama antara kedua disiplin itu disebut linguistic psychology dan ada juga yang menyebutnya psychology of languange. Kerja sama antara psikologi dan linguistik setelah beberapa lama berlansung tampaknya belum cukup untuk dapat menerangkan hakikat bahasa seperti tercermin dalam defenisi di atas.

2.2      Perasaan dan Emosi
Menurut Sunarto yang dikutip Wayan Nurkancana (2001: 60) emosi dan perasaan adalah dua hal yang berbeda. Perbedaan ini bersifat kualitatif yang berkelanjutan (kontinu) tetapi tidak jelas batasnya. Secara umum dapat dikatakan perasaan tidak diikuti oleh perubahan-perubahan pisik. Sebaliknya emosi diikuti oleh perubahan-perubahan pisik seperti perubahan warna kulit muka, perubahan denyut jantung, perubahan pernapasan, perubahan pupil mata, perubahan kerja kelenjar, kontraksi otot dan sebagainya.
Perasaan (feeling) dapat mempunyai arti. Ditinjau secara fisiologis, perasaan berarti penginderaan, jadi merupakan salah satu fungsi tubuh untuk mengadakan kontak dengan dunia luar. Dalam arti psikologis, perasaan mempunyai fungsi menilai, yaitu penilaian terhadap suatu hal. Makna penilaian ini nampak misalnya dalam ungkapan berikut : “Saya rasa nanti sore hari akan hujan”. Ungkapan itu berarti bahwa menurut penilaian saya, nanti sore hari akan hujan.
Emosi di lain pihak, mempunyai arti yang agak berbeda. Di dalam pengertian emosi sudah terkandung unsur perasaan yang mendalam (intense). Perkataan emosi sendiri berasal dari perkataan “emotus” atau “emovere” yang artinya mencerca “to stir up”, yaitu sesuatu yang mendorong terhadap sesuatu. Misalnya emosi gembira mendorong perubahan suasana hati seseorang yang menyebabkan orang itu tertawa. Marah, di lain pihak, merupakan suasana hati untuk menyerang atau mencerca sesuatu.

A.  Aspek-aspek Emosi
Menurut C.T.Morgan, aspek-aspek emosi dapat dibagi dalam 4 hal, yaitu:
1.      Emosi, adalah sesuatu yang sangat erat hubungannya dengan kondisi tubuh,misalnya denyut jantung, sirkulasi darah dan pernafasan.
2.      Emosi adalah sesuatu yang dilakukan atau diekspresikan, misalnya tersenyum, tertawa, menangis.
3.      Emosi adalah sesuatu yang dirasakan, misalnya merasa senang, merasa kecewa.
4.      Emosi juga merupakan suatu motif, yaitu mendorong seseorang untuk berbuat sesuatu kalau ia beremosi senang, atau mencegah ia melakukan sesuatu kalau ia tidak senang.
Aspek ketubuhan dari emosi (Bodily Aspects of Emotion).
Mengenai aspek ini banyak dilakukan penelitian oleh para ahli dalam bidang “physiological psychology”, Galvanik Skin Response adalah suatu alat yang dapat mengukur perubahan-perubahan yang terjadi pada kulit. Lie Detector adalah alat lain yang lebih rumit, yang dapat megukur perubahan-perubahan emosi melalui beberapa perubahan fisik sekaligus, seperti perubahan tekanan darah, perubahan pernafasan, perubahan di kulit, dan sebagainya. Lie Detector ini khususnya ditujukan untuk mengetahui hal-hal yang berada di bawah kesadaran, sedemikian rupa sehingga orang yang bersangkutan tidak bisa berbohong atau menutupi hal-hal mengenai dirinya. Prinsip yang digunakan pada Lie Detector adalah dengan menggunakan World Association Test dari Jung. Serentetan kata-kata diberikan kepada orang yang diperiksa dan pada kata-kata yang menyangkut peristiwa-peristiwa yang penting artinya bagi orang yang bersangkutan, maka orang itu akan memperlihatkan perubahan emosi yang akan nampak dan dapat diukur melalui perubahan-perubahan di tubuhnya. Ekspresi emosionil (emotional expression). Ada tiga macam ekspresi emosionil yang dikenal:
1.      “Startle Response” atau reaksi terkejut. Reaksi ini merupakan sesuatu yang ada pada setiap orang dan didapat sejak lahir (inborn), jadi tidak dipengaruhi oleh pengalaman masing-masing individu. Karena itu reaksi terkejut ini sama pada setiap orang, yaitu menutup mata, mulut melebar dan kepala serta leher bergerak ke depan.
2.      Ekspresi wajah dan suara (facial and vocal expression). Bagaimana keadaan emosi seseorang dinyatakan melalui wajah dan suara.melalui perubahan wajah dan suara kita bisa membedakan orang-orang yang sedang marah,gembira dan sebagainya. Para artis seperti pelukis dan dramawan sangat perlu mempelajari ekspresi wajah dan suara dari berbagai emosi agar dapat menghasilkan karya-karya yang benar-benar baik.
3.      Sikap dan gerak tubuh (posture and gesture). Sikap dan gerak tubuh juga merupakan ekspresi dari keadaan emosi.

B. Fsiologi Gembira
Tanda-tanda yang mungkin ditemukan ketika seseorang berada pada kondisi gembira, antara lain sebagai berikut.
*   Jantung dan tekanan darah
Detak jantung dan tekanan darah menurun karena tidak ada suplai oksigen berlebihan ke otak dan otot. Berbeda dengan emosi marah di mana detak jantung dan tekanan darah meningkat untuk menyuplai lebih banyak oksigen ke otak dan otot


*   Pernapasan
Ketika seseorang bergembira, laju nafas orang tersebut cenderung datar disertai tarikan nafas yang panjang-panjang dan lepas. Berbeda dengan emosi marah yang di mana laju nafas meningkat untuk mengantar lebih banyak darah ke otak dan otot. Napas cenderung pendek- pendek, dada terasa berat karena nafas kerap tertahan dan  kerongkongan terasa tegang dan kencang.
*   Perubahan vascular atau temperatur kulit
Pembuluh darah di wajah, tangan, dan di bagian tubuh lainnya lentur karena orang yang gembira cenderung rileks. Pembuluh darah berada dalam keadaan normal (tidak terlalu lebar dan sempit) sehingga peredaran darah berjalan dengan lancar. Wajah orang yang gembira selalu tampak berseri-seri dan adem karena pikiran orang tersebut santai tanpa beban. Gerakan tangan dan kaki serta alat-alat gerak lainnya lepas dan bebas.
*   Indra yang menajam
Segenap panca indra orang yang gembira (indra peraba, penglihatan, penciuman, pendengaran, penciuman, dan pengecap) berada pada posisi rileks. Hal tersebut menyebabkan panca indra orang yang gembira kurang sensitif (kurang kuat). Hal inilah yang memicu banyak orang yang kalah, terbunuh, dan lain sebagainya karena lengah (sedang bersenang-senang).
*   Perubahan kimiawi darah
Perubahan kimiawi darah tidak terjadi ketika seseorang berada pada kondisi gembira. Senyawa kimia, yakni adrenalin dan kortisol yang dilepaskan ke dalam darah untuk memicu respon “ bertarung atau mundur” pada saat seseorang marah, tidak dilepaskan. Sel-sel darah merah yang menjadi lebih “kental” agar lebih mudah membeku, untuk berjaga-jaga seandainya terluka, tidak mengental.

2.3 Fungsi Bahasa
Bahasa merupakan alat untuk mengungkapkan perasaan dan pikiran. Dalam kajian psikolinguistik, kita menemukan bahwa bahasa itu bukan hanya memengaruhi pikiran melainkan juga berfungsi meningkatkan pikiran. Fungsi demikian itu dapat dirasakan oleh siapa saja yang ‘belajar’ melalui jasa bahasa, lisan atau tertulis.
Menurut Wardhaugh (Sosiolonguistik. 1995: 19) bahasa juga berfungsi sebagai alat komunikasi manusia. Baik tertulis maupun lisan. Ini adalah dasar (hakiki) bahasa sejak kelahirannya. Sebagai alat komunikasi, bahasa dipakai untuk berinteraksi antarwarga masyarakat bahasa itu.

2.4  Proses Kognitif
Proses kognitif adalah proses untuk memperoleh pengetahuan di dalam kehidupan yang diperoleh melalui pengalaman-pengalaman. Pengalaman yang dimaksud adalah pengalaman indrawi artinya bahwa proses kognitif melibatkan panca indra kita yaitu penglihatan, penciuman, perabaan, pengecapan, dan pendengaran, di samping kesadaraan dan perasaan. Hasil dari berbagai perasaan seperti senang atau sedih diekspresikan dengan kata-kata (verbal) dan sering juga disertai gerakan-gerakan tertentu (nonverbal) yang mendukung maksud yang ingin disampaikan.

2.5  Teori Sapir-Whorf
Edward Sapir (1984-1939) seorang linguis Amerika mengatakan bahwa manusia hidup di dunia ini di bawah “belas kasih” bahsanya yang telah menjadi alat pengantar dalam kehidupannya bermasyarakat. Menurut Sapir, telah menjadi fakta bahwa kehidupan suatu masyarakat sebagian " didirikan" di atas tabiat-tabiat dan sifat-sifat bahas itu.
Von Humboldt dan Sapir Whorf juga menyatakan bahwa bahasa juga menentukan pikiran seseorang sampai kadang-kadang bisa membahayakan dirinya sendiri. Whorf yang bekas anggota pemadam kebakaran menyatakan ‘kaleng kosong’ bekas minyak bisa meledak. Kaleng minya yang sudah kosong masih bisa meledak kalau terkena panas, di sinilah menurut Whorf, tampak jalan pikiran seseorang telah ditentukan oleh bahasanya. Menurut Whorf selanjutnya sistem tata bahasa suatu bahasa bukan hanya merupakan alat untuk bahasa suatau bahasa bukan hanya merupakan alat untuk menyuarakan ide-ide, tetapi juga merupakan pembentukan orang seseorang. Dengan kata lain, tata bahasa yang menentukan jalan pikiran seseorang.
Whorf membandingkan kebudayaan Hopi diorganisasikan berdasarkan peristiwa (event), kebudayaan Eropa berdasarkan ruang (space), dan waktu (time). Menurut Whorf inilah bukti bahwa bahasa mereka telah menggariskan realitas hidup dengan cara-cara yang berlainan.
2.6 Teori Jean Piaget
Menurut Piaget pikiranlah yang membentuk bahasa tanpa pikiran bahasa tidak ada.Piaget yang mengembangkan teori yang mengembangkan teori perkembangan kognisi menyatakan jika seorang anak dapat menggolongkan sekumpulan benda-benda dengan cara-cara yang berlainan sebelum anak itu dapat menggolongkan benda-benda itu dengan menggunakan kata-kata yang yang serupa dengan benda-benda tersebut maka perkembangan kognisi dapat diterangkan telah terjadi sebelum dia dapat berbahasa.
Menurut teori pertumbuhan kognisi seorang anak-anak mempelajari sesuatu mengenai tindakan-tindakan dari perilakunya kemudian baru dari bahasa. Piaget juga mengemukakan dua hal penting yang berkaitan dengan hubungan antara bahasa dengan kegiatan-kegiatan intelek (pikiran) :
1)  Sumber kegiatan intelek tidak terdapat dalam bahasa, tapi dalam periode sensorimotorik yakni satu sistem skema, dikembangkan secara penuh dan membuat lebih dulu gambaran-gambaran dari aspek-aspek struktur golongan-golongan dan hubungan-hubungan benda-benda(sebelum mendahului gambaran-gambaran lain)dan bentuk-bentuk dasar penyimpanan dan operasi pemakaian kembali.
2)  Pembentukan pikiran yang tepat dikemukakan dan berbentuk terjadi pada yang bersamaan dengan pemerolehan bahasa.Keduanya milik suatu proses yang lebih umu yaitu konstitusi lambang pada umumnya.Awal terjadinya fungsi lambang ini ditandai oleh bermacam-macam perilaku yang terjadi serentak dalam perkembangannya.
Piaget juga menegaskan bahwa kegiatan intelek sebenarnya adalah aksi atau perilaku yang telah dinuranikan dan dalam kegiatan-kegiatan sensomotor termasuk juga perilaku perilaku bahasa.

2.7 Teori Noam Chomsky
Noam Chomsky adalah linguis Amerika yang dengan teori tata bahasa generatif transformasinya dianggap telah membuat satu sejarah baru dalam psikolinguistik. Tentang bahasa, pemikiran Noam mengajukan tentang teori Klasik yang disebut Hipotesis Nurani. Secara tidak langsung teori ini membicarakan tentanghubungan bahasa dengan pemikiran, tetapi kita tidak dapat menarik kesimpulan mengenai hal itu karena Chomsky sendiri menegaskan bahwa pengkajian bahasa membukakan perspektif yang baik dalam pengkajian proses mental(pemikiran) manusia.
Hipotesis Nurani mengatakan bahwa struktur bahasa-dalam adalah nurani. Artinya rumus-rumus itu di bawa sejak lahir. Pada waktu seorang kanak-kanak mulai mempelajari bahasa ibu, dia telah dilengkapi sejak lahir dengan satu peralatan konsep dengan sruktur bahasa-dalam yang bersifat universal.
Dalam sejarah pertumbuhannya teori Chomsky ini dapat dibagi atas empat fase, yaitu (1) fase generatif transformasi klasik yang bertumpu pada buku Syntactic Structure antara tahun 1957-1964; (2) teori standar yang bertumpu pada buku Aspect of the Theory of Syntac antara tahun 1965-1966; (3) fase teori standar yang diperluas antara tahun 1967-1972; dan (4) fase sesudah teori standar yang diperluas antara 1973 sampai kini, seperti teori penguasaan dan ikatan (government and binding theory) yang berkembang sejak tahun delapan puluhan. Adanya fase-fase itu adalah karena adanya kritik, reaksi, dan saran dari berbagai pihak, dan lebih untuk menyempurnakan teori itu.
Selanjutnya menurut Comsky yang dikutip Sumarsono (2007: 5) membedekan antara kompetensi dengan performansi atau penampilan. Kompetensi adalah kemampuan yang masih terimpan dalam otak. Sedangkan performansi atau penampilan adalah mawujud atau realisasi dari kompetensi yang dimiliki.
Menurut Chomsky yang penting bagi seorang linguis adalah menelaah data-data penuturan (yang berupa kalimat-kalimat), kemudian menentukan sistem kaidah yang telah diterima atau dikuasai oleh penutur-pendengar dan yang dipakai dalam penuturan yang sebenarnya. Maka itu, menurut Chomsky teori linguistik itu bersifat mental karena teori ini mencoba menemukan satu realitas mental yang menyokong prilaku bahasa yang sebenarnya terjadi.
Kompetensi atau kecakapan adalah suatu proses generatif, dan bukan “gudang” yang berisi kata-kata, frase-frase, atau kalimat-kalimat seperti konsep langue dalam teori linguistik De Saussure. Kompetensi merupakan satu sistem kaidah atau rumus yang dapat kita sebut tata bahasa dari bahasa penutur itu.

BAB III
TEMUAN DAN PEMBAHASAN

              Dalam bab ini akan disajikan temuan mengenai psikolinguistik gembira disertai dengan pembahasannya. Pada bagian temuan, penulis lengkapi dengan identitas para pelaku tutur dalam percakapan yang akan dianalisis. Pencantuman identitas pelaku tutur ini tentunya akan memperdalam informasi kita mengenai tuturan-tuturan yang terjadi. Setelah bagian temuan dipaparkan, barulah data-data yang ada dianalisis satu persatu.
A. Temuan
1. Percakapan Pertama
    Identitas Para Pelaku Tutur
*      Nama               :  I Kade Mas Willi Dewanata
Jenis Kelamin  :  Laki-laki
Usia                 :  11 tahun
Pekerjaan         :  Siswa SD Negeri 2 Yeh Kuning
Asal                 : Banjar Beratan, Desa Yeh Kuning, Kecamatan Jembrana, Kab. Jembrana.

*      Nama               :  Ni Putu Wahyu Denita
Jenis Kelamin  :  Perempuan
Usia                 :  10 tahun
Pekerjaan         :  Siswa SD Negeri 2 Yeh Kuning
Asal                 : Banjar Beratan, Desa Yeh Kuning, Kecamatan Jembrana, Kab. Jembrana.
Percakapan terjadi hari Minggu, 25 Oktober 2009. Pada saat itu Wahyu sedang bermain petak umpet di halaman rumahnya dengan teman-temannya. Saat itu Willi yang hanya duduk melihat mereka bermain terlihat sangat senang ketika Wahyu berulang-ulang menjadi penjaga dalam permainan itu.
Wahyu        :    “Aduh yang be buin nyaga, terus yang gen...” (Aduh saya lagi yang jaga, terus saya saja...)
Willi           :    “I Wahyu nyaga” (Wahyu yang jaga) {Sambil tertawa dan memukul-mukulkan tangannya ke bangku}

2. Percakapan Kedua
    Identitas Para Pelaku Tutur
*      Nama               :  I Ketut Agus Mahendra
Jenis Kelamin  :  Laki-laki
Usia                 :  21 tahun
Pekerjaan         :  Mahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Asal                 :  Banjar pegok, Desa Sesetan, Denpasar Selatan

*      Nama               :  I Gede Gunantara
Jenis Kelamin  :  Laki-laki
Usia                 :  21 tahun
Pekerjaan         :  Mahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Asal                 : Banjar Blumbang, Kerambitan-Tabanan.

Percakapan ini terjadi hari Senin, 2 November 2009 di kos mereka di jalan Nuri no. 5 Kaliuntu-Buleleng.
Agus           :    “Be bakat ci, be bakat ci...” (Sudah dapat ci, Sudah dapat ci...)
Gunan        :    “Nyen? Ayuk?” (Siapa? Ayuk?)
Agus           :    “Ya..ialah...” (ya ialah..)
Gunan        :    “Kan mara ibi ci kenalan?
Agus           :    “Kenalan, langsung ajak cang ngorto di taman kota, langsung ajak ka kos ne. Pang ci nawang..pang ci nawang di kosne. Ya... Be bakat ci, be bakat” (Kenalan, langsung berbincang-bincang di taman kota, langsung ajak ke kosnya. Supaya kamu tau... supaya kamu tau di kosnya. Ya ... sudah saya dapatkat, sudah dapat). {Tertawa sambil mengacung-acungkan jempolnya kemudiantos dengan gunan}
Gunan        :    “Yan ci ngelah tunangan keto...” (kalau kamu punya tunangan seperti itu...) {saat ini pembicaraan dipotong Agus}
Agus           :    “Ake kan menang tohan jani ne!” (Saya kan menang taruhan sekarang ini!)
Gunan        :    “Meh...engsapin meh...” (Meh...saya lupakan meh...)
Agus           :    “Nah tohan skeet. Ne kan tahuran tiga hari” (Ya taruhan lima puluh ribu. Ya kan taruhannya tiga hari)
Gunan        :    “Nah, Ake kan matakon kija gen malu?” (Ya, saya kan bertanya ke mana saja?)
Agus           :    “Ae, bagian atas be beres” (ae, bagian atas sudah beres)
Gunan        :    “Ayuk nyen te adane?” (Siapa namanya?)                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                     
Agus           :    “Ayuk Erawati

3. Percakapan Ketiga
    Identitas Para Pelaku Tutur
*      Nama               :  Ni Ketut mamik
Jenis Kelamin  :  Perempuan
Usia                 :  32 tahun (Dalam video memakai baju hitam)
Pekerjaan         :  Ibu rumah tangga
Asal                 :  Desa Beratan, Desa Yeh Kuning, Kecamatan Negara, Kab. Jembrana.

*      Nama               :  Ni luh Suarni
Jenis Kelamin  :  Perempuan
Usia                 :  29 tahun (Mengenakan pakaian warna biru muda)
Pekerjaan         :  -
          Asal                 :  Desa Beratan, Desa Yeh Kuning, Kecamatan Negara, Kab. Jembrana.

*      Nama               :  Ni Ketut Sutarini
Jenis Kelamin  :  Perempuan
Usia                 :  31 tahun (Mengenakan pakaian warna biru langit)
Pekerjaan         :  Pedagang
          Asal                 :  Desa Beratan, Desa Yeh Kuning, Kecamatan Negara, Kab. Jembrana.

*      Nama               :  Ni Ketut Reni
Jenis Kelamin  :  Perempuan
Usia                 :  65 tahun (Mengenakan pakaian warna ping)
Pekerjaan         :  -
          Asal                 :  Desa Beratan, Desa Yeh Kuning, Kecamatan Negara, Kab. Jembrana.

Percakapan ini terjadi hari Sabtu, 31 Oktober 2009 di rumah Ni ketut Reni (65 tahun) di banjar Beratan, desa Yehkuning sekitar pukul 14. 00. WITA. Saat itu mereka menyaksikan video Kadek Wili dan Ibuknya sedang tertawa terbahak-bahak. Mereka pun tertawa melihat video tertawa tersebut.
Mamik        :    “Aja busan te ade mbok Ayu jak dek willi kedek!” (Benar tadi ada mbok Ayu sama dek willi tertawa) {tertawa sambil menggerakan tangannya dan mendorong-dorong Ketut Reni yang ada di sampingnya}

4. Percakapan Keempat
    Identitas Para Pelaku Tutur
*      Nama               :  Ni Made Dwi Erawati
Jenis Kelamin  :  Perempuan
Usia                 :  21 tahun
Pekerjaan         :  Mahasiswa Jurusan Pendidikan Ekonomi
Asal                 :   Desa Beratan, Desa Yeh Kuning, Kecamatan Jembrana, Kab. Jembrana.

*      Nama               :  Ni Putu Agus Candriasih
Jenis Kelamin  :  Perempuan
Usia                 :  22 tahun
Pekerjaan         :  Mahasiswa Jurusan Pendidikan Ekonomi
Asal                 : Desa Cepik, Tabanan

Video ini diambil hari Minggu, 25 Oktober 2009 di kos Made Dwi Erawati di Jalan Dewi Sartika Utara, Gang 1 No. 12A. Saat itu Era yang baru saja sampai di Singaraja merasa sangat lelah. Jam saat itu telah menunjukan pukul 17.00. dan dia harus membuat tugas yang harus dikumpul pada perkuliahan besoknya. Tiba-tiba datang pesan lewat HP era dari Candri.
Candri        :    “Ra, mani sing kuliah. Bapae ka Denpasar! Untung, cang onden ngae tugas alne.” (Ra, besok tidak kuliah. Bapaknya ke Denpasar! Untung, saya belum buat tugas soalnya.) {Kabar ini disampaikan lewat sms}
Era              :   “Ye...mani sing kuliah....ye...ye...ye...” (sambil menggemgam tangannya lalu menariknya ke bawah berulang-ulang) (Ye..besok tidak kuliah...ye...ye...ye...)

B. Pembahasan
3.1  Latar Belakang Penyebab Kegembiraan
Kegembiraan pada diri seorang individu tentu tidak terjadi dengan sendirinya atau otomatis. Tentu saja tiap kegembiraan yang ada disebabkan oleh sesuatu hal. Entah itu kegembiraan karena hal-hal yang kecil ataupun gembira karena hal-hal yang besar, hal yang sangat berpengaruh terhadap jalan hidupnya. Berikut adalah latar belakang mengapa seseorang mengalami kegembiraan dalam percakapan-percakapan di atas.
1.      Kegembiraan pada tuturan pertama, yaitu kegembiraan I Kadek Mas Willi Dewanarta atau yang akrab dipanggil Willi disebabkan karena rasa herannya melihat wahyu yang sangat polos dalam bermain petak umpet sehingga terus dia saja yang diakali oleh teman-temannya untuk menjadi penjaga. Apalagi Wahyu saat mengatakan dirinya bahwa ia yang menjaga ekspresinya meringis yang seolah-olah tidak percaya kalau dirinya lagi yang harus jadi penjaga.
2.      Pada percakapan kedua, kegembiraan I Ketut Agus Mahendra disebabkan oleh keberhasilannya dalam menarik hati Ayuk yang baru dikenallnya. Ia telah berhasil mengajak Ayuk jalan-jalan bahkan telah berhasil berbincang di kos Ayuk. Agus juga tambah bahagia karena berhasil memenangkan taruhan melawan Gunan. Waktu tiga hari yang disepakati dalam taruhan ternyata berhasil ternyata tidak disiasiakan tole. Ia berhasil menggaet Ayuk hanya dalam waktu dua hari.
3.      Kegembiraan Ni Ketut Mamik dalam tuturan tiga tersebut disebabkan oleh video yang ditontonnya. Ketut mamik merasa senang melihat video willi dan Ibunya tertawa terbahak-bahak. Dalam video yang diputar, Ibu Willi tertawa sampai tersendak karena saat itu sedang meminum segelah teh hangat. Melihat tertawa sambil tersedak itulah Ketut Mamik merasa senang.
4.      Pada percakapan empat, kegembiraan Ni Made Dwi Erawati disebabkan oleh batalnya kuliah keesokan harinya. Ia sangat senang karena pada waktu itu ia belum membuat tugas yang harus ia setorkan. Keadaannya yang sudah lelah karena baru datang dari kampong sudah tidak memungkinkan dia bisa mengerjakan tugas yang diberikan. Sms dari Candri yang isinya tidak kuliah itu tentu sangat membahagiakan baginya.

3.2    Fenomena yang Dapat Dirunut dari Orang Gembira
Untuk menunjukan rasa senang atau kegembiraannya, seseorang biasanya tidak hanya menggunakan bahasa verbal, namun juga menggunakan bahasa nonverbal yang berupa gerakan-gerakan tubuh yang mendukung bahasa verbal yang ia keluarkan. Berikut adalah fenomena yang dapat dirunut dari psikolinguistik gembira.
  1. Pada percakapan pertama, yaitu dengan objek penelitian I Kade Mas Willi Dewanata, perasaan gembiranya ditunjukan dengan mengucapkan “I Wahyu nyaga” Ungkapan tersebut merupakan penanda verbal Willi sedang gembira. Penanda nonverbal ia gembira dapat dilihat tertawanya yang terbahak-bahak sambil menunjuk-nunjuk Wahyu yang sedang keliatan sedih. Tertawa Willi juga disertai tindkan memukul-mukul bangku yang sedang ia tempati.
  2. Percakapan kedua di mana yang mengalami kegembiraan adalah I Ketut Agus Mahendra, kegembiraannya itu ditunjukan dengan bahasa verbal “Be bakat ci, be bakat ci...”, “Ya..ialah...”, Pang ci nawang..pang ci nawang di kosne. Ya... Be bakat ci, be bakat”  yang diucapkan dengan penuh penekanan dan penuh semangat. Mungkin inilah yang disebut orang bahwa kalau orang bahagia itu bersemangat. Ujaran itu didukung oleh gerakan tangan yang mengacungkan jempol berkali-kali ke lawan tuturan berkali-kali. Bahkan tindakan mengacungkan jempol itu juga diikuti oleh ajakan “tos” yang sangat bersemangat.
  3. Kegembiraan Ni Ketut Mamik pada tuturan ketiga, ditunjukan dengan ujaran “Aja busan te ade mbok Ayu jak dek willi kedek!”. Bahasa verbal itu dibarengi dengan gelaktawa sehingga suaranya terdengar putus-putus. Sambil tertawa, Mamik juga terlihat mendorong-dorong Ketut Reni yang ada disampingnya. Tindakan mendorong-dorong orang yang disampingnya itu merupakan bahasa nonverbal yang ia tunjukan karena perasaan senangnya saat itu.
  4. Pada percakapan empat, kegembiraan Ni Made Dwi Erawati ditunjukan dengan ungkapan “Ye...mani sing kuliah....ye...ye...ye...” ungkapan ye...ye...ye.. yang ke luar dari mulut Era menunjukan bahwa dia sedang senang. Apalagi, ungkapan itu dibarengi dengan senyuman dan tindakan nonverbal yang berupa menggemgam tangannya lalu menarik-nariknya ke bawah.

3.3    Aspek Pikiran Orang Gembira
Aspek pikiran dalam psikolinguistik gembira yang penulis teliti dari empat orang tersebut adalah sebagai berikut.
  1. Aspek pikiran I Kade Mas Willi dewanata mengenai kegembiraannya adalah terjadi karena ia melihat Wahyu yang terus saja menjadi penjaga dalam permainan petak umpet itu. Willi sangat gembira karena Wahyu yang terus menjadi penjaga tiba-tiba berkata “Aduh yang be buin nyaga, terus yang gen...” dengan mukanya yang lugu dan nada yang seperti orang mau nangis.
  2. Pada objek kedua, yaitu I Ketut Agus Mahendra, Aspek pikiran yang mengakibatkan ia senang adalah karena berhasil mendapatkan Ayuk dalam waktu dua hari. Ia telah berhasil mengajak Ayuk jalan dan bermain ke kosnya. Dengan berhasilnya mengajak Ayuk jalan, itu juga berarti ia berhasil memenangkan taruhan dari Gunantara dengan batas waktu yang masih tersisa satu hari. Jadi, perasaan senang Agus dirunut dari pikirannya disebabkan oleh dua hal, yaitu berhasil mendapatkan Ayuk dan menang taruhan.
  3. Aspek pikiran Ni Ketut Mamik pada tuturan ketiga itu adalah merasa gembira karena melihat Mbok Ayu tertawa sambil tersedak saat minum teh.
  4. Pada objek keempat, yaitu Ni Made Dwi Erawati, kegembiraannya disebabkan karena pada saat tiba di Singaraja dia merasa sedih karena belum membuat tugas, padahal jam sudah menunjukan pukul 17.00. Saat itu tiba-tiba ada sms dari Candri yang mengatakan besok tidak kuliah. Era merasa sangat senang saat itu. Jadi, aspek pikiran yang membuat Era senang adalah perasaan sedih yang berubah karena pesan yang baru ia terima.

3.4    Aspek Bahasa Orang Gembira
Aspek bahasa dari psikolinguistik gembira dengan memakai empat orang objek penelitian dapat dijelaskan satu persatu sebagai berikut.
1.      Aspek bahasa I Kadek Mas Willi Dewanata saat ia sedang senang karena keheranan pada Wahyu yang terus menjadi penjaga. Aspek bahasa yang ia tunjukan adalah “I Wahyu nyaga”. Memang tidak ada kata seru seperti ye..ye.. dalam ucapan itu, tapi ucapan itu sudah ditunjukan dengan muka yang tersenyum sambil tertawa terbahak-bahak.
2.      Bahasa yang digunakan I Ketut Agus Mahendra untuk mengungkapkan rasa gembiranya karena berhasil mendapat Ayuk adalah “Be bakat ci, be bakat ci...”, “Ya..ialah...”, Pang ci nawang..pang ci nawang di kosne. Ya... Be bakat ci, be bakat”. Kata-kata yang sama diulang oleh Agus karena terlalu gembira. Bahkan ia terlihat sangat antusias ketika temannya bertanya dengan menjawab “Ya..ialah” dengan penuh penekanan.
3.      Ujaran “Aja busan te ade mbok Ayu jak dek willi kedek!” yang dikeluarkan oleh Ni Ketut Mamik adalah tuturan yang mengeringi kegembiraannya saat itu karena melihat sesuatu yang lucu. Ujaran itu diucapkan sambil tertawa sehingga terdengar bergetar.
4.      Ni Made Dwi Erawati saat mengetahui dirinya tidak jadi mengumpulkan tugas karena tidak jadi kuliah mengeluarkan ujaran “Ye...mani sing kuliah....ye...ye...ye...”. Ujaran “ye..ye..ye..” diucapkan dengan penuh penekanan dan seiring dengan gerak tangannya yang naik turun.

BAB IV
PENUTUP

4.1   Simpulan
Setelah penulis melakukan penelitian seperti yang tertuang dalam Bab III, hal-hal yang dapat penulis simpulkan dari pembahasan tersebut adalah sebagai berikut.
  1. Yang melatarbelakangi perasaan gembira dalam diri seseorang itu berbeda-beda atau mungkin suatu ketika rasa bahagia disebabkan oleh hal yang sama (kebahagiaan kolektif). Namun secara umum, tiap orang memiliki perasaan bahagia yang berbeda antara satu sama lain (kuantitas bahagia berbeda). Seseorang dapat bahagia karena melihat orang lain bertingkah aneh, mendapatkan apa yang diharapkan, menang taruhan atau karena memdapat kabar yang membahagiakan.
  2. Fenomena yang dapat dirunut dari orang gembira itu adalah dari raut wajah, senyuman atau kata-kata letupan (seperti ye..ye..).
  3. Aspek pikiran orang gembira itu berkaitan dengan penyebab-penyebab mengapa ia gembira. Suasana, kejadian, atau berita yang membahagiakan adalah stimulus atau aksi yang akan merangsang pikiran seseorang untuk memproses stimulus atau reaksi tersebut yang nantinya akan menyebabkan perasaan senang dalam dirinya.
  4. Aspek bahasa dari orang gembira sebenarnya adalah respon atau reaksi dalam bentuk verbal dari orang yang sedang senang. Dari bahasanyalah kita dapat mengetahuai orang yang sedang senang. Bahasa yang diujarkan biasanya dibarengi oleh gerakan-gerakan bagian tubuh tertentu.

4.2 Saran
Seperti yang telah penulis paparkan pada Bab III mengenai latar belakang, fenomena yang dapat dirunut, aspek pikiran, dan aspek bahasa orang gembira, penulis ingin agar pembaca memiliki gambaran awal mengenai bagaimana orang gembira dan tahu ciri-ciri verbal dan nonverbal orang gembira sehingga dalam suatu tindak komunikasi kita dapat menempatkan diri secara benar. Maksudnnya kita bisa tahu kapan saatnya bercanda dan kapan saatnya serius dengan melihat ciri-ciri verbal dan nonverbal orang yang kita ajak berbicara.
Penulis menyarankan agar setelah membaca penelitian sederhana ini, pembaca menbaca sumber lain mengenai psikolinguistik gembira untuk memperdalam pemahaman mengenai psikolingiuistik gembira.

 DAFTAR PUSTAKA

Chaer, Abdul. 2003. Psikolinguistik (Kajian Teoritik). Jakarta: PT Rineka Cipta.

Chaer, Abdul dan Agustina, Leonie. 1995. Sosiolinguistik (Suatu Pengantar). Jakarta: PT Rineka Cipta.

Hasan, Zaini dan Salladin.1996. Pengantar Ilmu Sosial. Jakarta: Depertemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Mar’at, Samsunuwiti. 2005. Psikolinguistik (Suatu Pengantar). Bandung: PT Refika Aditama.

Nurkancana, Wayan. 2001. Perkembangan Jasmani dan Kejiwaan. Surabaya: Usaha Nasional.

Sobur, Alex. 2004. Semiotika Komunikasi. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.

Sumarsono.2007. Pragmatik (Buku Ajar). Singaraja: Undiksha.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar