ANALISIS PSIKOLINGUISTIK GEMBIRA
oleh I Putu Mas Dewantara
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Manusia adalah
mahluk sosial. Dalam menjalankan kehidupannya seseorang tidak dapat melepaskan
diri dari masyarakat. Guna mengaktualisasikan diri sebagai bagian dari
masyarakat setiap individu harus mampu memerankan dirinya di tengah masyarakat
sesuai dengan statusnya. Menurut Dhurkheim yang dikutip oleh Dr. M.
Zaini Hasan dan Dr. Salladin (dalam Pengantar Ilmu Sosial. 1996: 25)
mensinyalir bahwa aktualisasi peran diri individu di masyarakat merupakan
sesuatu yang bersifat mekanistik. Artinya, sangat naluriah pada apa yang
seharusnya dilakukan di tengah-tengah masyarakat.
Peran individu
di tengah-tengah masyarakat tidak lepas dari statusnya, yang menuntut adanya
upaya atau yang diperjuangkan (achievement) seseorang. Untuk mencapai
status sosial dilakukan dengan berbagai cara, yang salah satunya adalah melalui
kepribadian individu yang bersangkutan. Kepribadian itu akan dapat dilihat dari
ujaran (verbal) maupun tingkah laku (nonverbal) sehari-harinya.
Selain sebagai
mahluk sosial yang tidak bisa lepas dari masyarakat, manusia juga merupakan
mahluk individu. Setiap orang sebagai mahluk individu tidak mempunyai kesamaan
biologis dengan individu yang lain, demikian halnya dengan kepribadian.
Kepribadian individu tidak sepeuhnya berasal dari bawaan biologis, lingkungan
juga berperan dalam pembentukan kepribadian seorang individu. Bahkan ada yang
mengatakan bahwa lingkungan merupakan factor dominan pembentuk kepribadian. Paul
Harton (dalam Pengantar Ilmu Sosial. 1996: 25) mensinyalir adanya
kontroversi antara kepribadian individu yang berasal dari bawaan biologis dan
yang berasal dari lingkungan.
Kepribadian
antara individu yang satu dengan individu yang lain tenrtunya tidak sama. Ada
seseorang yang bawaannya gampang marah, sedih, gampang benci dengan orang lain,
dan ada juga yang memiliki pembawaan gampang sekali gembira. Ini merupakan
suatu pembuktian bahwa keadaan emosi tiap individu berbeda adanya.
Perbedaan
keadaan emosi dalam diri individu tentulah disebabkan adanya perjalanan hidup
yang berbeda pada tiap-tiap individu. Seorang individu yang dari kecil
mendapatkan kasih saying yang melimpah dari orang tuanya cendrung akan memiliki
emosi yang stabil dengan pembawaan yang riang gembira. Berbeda halnya dengan
individu yang kurang merasakan kebahagiaan dan niat atau keinginannya jarang
untuk bisa terpenuhi. Individu seperti ini cendrung memiliki emosi yang labil.
Pembawaanya bisa sangat sensitif dan mudah marah atau kesal terhadap sesuatu.
Perlu kita ingat bahwa perbuatan atau
perilaku kita sehari-hari pada umumnya disertai oleh perasaan-perasaan
tertentu, seperti perasaan senang atau tidak senang. Perasaan senang atau tidak
senang yang selalu menyertai perbuatan kita sehari-hari disebut afeksi. Afeksi ini
kadang-kadang kuat, kadang-kadang lemah, kadang-kadang tidak jelas
(samara-samar). Ketika afeksi tersebut kuat, perasaan-perasaan menjadi lebih
mendalam, lebih luas, dan lebih terarah. Perasaan-perasaan seperti ini disebut emosi.
Tipe-tipe emosi tidak terhitung
banyaknya: kegembiraan, kesedihan, keriangan, cinta, benci marah, kesemuanya
barulah sebagian kecil, dan masing-masing dapat dialami dalam taraf yang
berbeda-beda, sejak dari yang ringan hingga yang ekstrim. Mereka dapat
dikategorikan sebagai yang positif (misalnya: kesenangan, keriangan, cinta) ,
dan yang negatif (misalnya : benci, marah, takut); dan hampir semua orang
secara aktif mencari perasaan emosional yang positif serta berusaha menolak
perasaan yang negatif.
Ada beberapa studi yang memberikan
kesan, bahwa ada dua bagian yang terpisah pada masing-masing emosi yang kita
rasakan. Satu diantaranya adalah kebangkitan umum ( general arousal ); inilah
yang dipengaruhi oleh taraf aktivitas system saraf autonomic dan dapat
berbeda-beda tarafnya, dari yang sangat rendah, hingga kebangkitan tinggi pada
emosi yang ekstrem. Kebangkitan umum mempengaruhi taraf perasaan emosi,
sedangkan bagian yang lain menentukan tipe perasaan emosi.
Perasaan-perasaan
seperti marah, takut, cemas, gembira tentu saja pernah dialami oleh setiap
individu. Hal ini disebabkan kehidupan yang dijalani seseorang tidak pernah
datar. Selalu ada gejolak yang dialami oleh seorang individu. Untuk
merealisasikan perasaan-perasaan tersebut, biasanya seorang individu tidak
hanya menunjukankan dengan kata-kata (verbal), namun kerap kali ditunjukan
dengan perbuatan atau tingkah laku (nonverbal).
Pengungkapan
perasaan melalui kata-kata sering kali dirasa tidak memuaskan oleh seorang
individu. Individu biasanya akan mengiringi bahasa yang diujarkan dengan
memberikan tekanan-tekanan (nada suara) untuk lebih menunjukan perasaannya.
Bahkan sering kita lihat individu yang hanya menggunakan aktivitas nonverbal
untuk menyatakan maksud atau keadaan emosinya.
Mengenai
keadaan emosi, baik itu marah, gembira, waswas, takut, dan lain sebagainya,
tentunya telah banyak dilakukan penelitian untuk mengkaji lebih dalam rahasia
emosi yang dimiliki oleh seorang individu sehingga dapat dicari jalan keluar
untuk emosi-emosi yang dirasa tidak perlu dimunculkan. Cara-cara tersebut akan
sangat membantu individu yang memiliki keadaan emosi yang tidak stabil.
Dari
beberapa penelitian yang telah dilakukan, kebanyakan ahli yang meneliti keadaan
emosi marah, takut yang berlebihan, atau waswas. Mungkin salah satu alasannya
adalah emosi-emosi ini dapat menyebabkan seseorang merasa terpuruk. Hal ini
berarti, hanya sedikit penelitian yang dilakukan mengenai emosi gembira. Oleh
karena itulah, penulis merasa tertarik untuk mengkaji emosi gembira yang
dimiliki oleh seorang individu.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar
belakang di atas, maka permasalahan yang ingin penulis pecahkan dapat
dirumuskan sebagai berikut:
1.2.1
Bagaimana
latar belakang yang menyebabkan seorang individu memiliki emosi atau perasaan
gembira?
1.2.2
Fenomena
apa yang dapat dirunut dari individu yang memiliki keadaan emosi atau perasaan
gembira?
1.2.3
Bagaimana
aspek pikiran orang gembira?
1.2.4
Bagaimana
aspek bahasa orang gembira?
1.3 Tujuan Penulisan
Bertolak dari permasalahan yang
ingin penulis pecahkan, maka dapat penulis rumuskan tujuan penulisan laporan
ini adalah sebagai berikut.
1.3.1
Untuk
mengetahui latar belakang yang menyebabkan seorang individu memiliki emosi atau
perasaan gembira.
1.3.2
Untuk
mengetahui fenomena yang dapat dirunut dari individu yang memiliki keadaan
emosi atau perasaan gembira.
1.3.3
Untuk
mengetahui aspek pikiran orang gembira.
1.3.4
Untuk
mengetahui aspek bahasa orang gembira.
BAB II
LANDASAN
TEORI
Dalam
bab ini akan disjikan beberapa teori yang berkenaan dengan penelitian yang
dilakukan. Teori-teori tersebut adalah sebagai berikut.
2.1 Psikologi,
Linguistik, dan sikolinguistik
2.1.1 Psikologi
Secara etimologi kata psikologi
berasal dari bahasa Yunani Kuno psyche dan logos. Kata psyche
berarti jiwa, roh, atau sukma sedangkan kata logos berarti ilmu. Jadi,
psikologi secara harfiah berarti ilmu jiwa atau ilmu yang objek kajiannya
adalah jiwa.
Dalam perkembangan lebih lanjut,
psikologi lebih membahas atau mengkaji sisi-sisi manusia dari segi yang bisa
diamati. Mengapa ? karena jiwa itu bersifat abstrak, sehingga tidak dapat di
amati secara empiris, padahal objek kajian setiap ilmu harus dapat diobservasi
secara indrawi. Walaupun besar kemungkinan gerak gerik lahir seseorang belum
tentu menggambarkan keadaan jiwa sebenarnya, namun, secara tradisioanal
psikologi lazim diartikan sebagai satu bidang ilmu yang mencoba mempelajari
prilaku manusia.
Para ahli psikologi belakangan ini
juga cenderung untuk menganggap psikologi sebagai suatu ilmu yang mencoba
mengkaji proses akal manusia dan segala menifestasinya yang mengatur prilaku
manusia itu, tujuan pengkajian akal ini adalah untuk menjelaskan,
memprediksikan, dan mengontrol prilaku manusia.
Psikologi
yang mentalistik melahirkan aliran yang disebut psikologi kesadaran. Tujuan
utamanya adalah mecoba mengkaji proses pikiran akal manusia dengan cara
mengintropeksi atau mengkaji diri.oleh karena itu,psikologi kesadaran lazim
juga disebut psikologi introspeksionisme.psikologi ini merupakan proses akal
dengan cara meihat ke dalam diri sendiri setelah suatu rangsangan terjadi.
Psikologi
yang behavioristik melahirkan aliran yang disebut psikologi perilaku.tujuan
utama psikologi ini adalah mencoba mengkaji perilaku manusia yang berupa reaksi
apabila suatu rangsangan terjadi dan selanjutnya bagaimana mengawasi dan
mengontrol perilaku itu.
Psikologi yang
Kognifistik dan lazim disebut psikologi kognitif mencoba mengkaji proses-proses
kognitif manusia secara ilmiah.yang dimaksud proses kognitip adalah proses akal
manusia yang bertanggung jawab mengatur pengalaman dan perilaku
manusia.perbedaan dengan psikologi kesadaran adalah bahwa menurut faham
mentalisme proses-prose akal itu berlangsung setelah terjadinya
rangsangan.Sedangkan menurut psikologi Kognitif proses akal itu dapat terjadi
karena adanya kekuatan dari dalam,tanpa ada rangsangan terlebih dahulu.
Psikologi
sangat berkaitan erat dengan kehidupan manusia dalam segala kegiatannya yang
sangat luas.oleh karena itu,muncullah berbagai cabang psikologi yang diberi
nama sesuai dengan penerapannya.di antara cabang-cabang itu adalah psikologi
sosial, psikologi perkembangan, psikologi klinik, psikologi komunikasi, dan
psikologi bahasa.
2.1.2 Linguistik
Secara umum
linguistik lazim diartikan sebagai ilmu bahasa atau ilmu yang mengambil bahasa
sebagai objek kajiannya. Pakar linguistik disebut linguis.Bahasa itu sendiri
merupakan fenomena yang hadir dalam segala aktivitas kehidupan manusia. Oleh
karena itu,kita bisa lihat adanya berbagai cabang linguistik yang dibuat
berdasarkan berbagai kriteria atau pandangan. Secara umum pembidangan
linguistik itu adalah sebagai berikut.
Pertama,
menurut objek kajiannya linguistik di bagi dua yaitu linguistik mikro dan
makro. Kajian linguistik mikro adalah struktur internalbahasa itu sendiri,
mencakup struktur fonologi, morfologi sintaksis, dan leksikon. Sedangkan kajian
lingustik makro adalah bahasa dalam hubungannya dengan faktor-faktor di luar
bahasa seperti faktor sosiologis, psikologis, antropologi, dan neurologi.
Kedua,
menurut tujuan kajiannya linguistik dapat di bedakan atas dua bidang besar
yaitu linguistik teoretis dan linguistik terapan. Kajian teoretis hanya di
tujukan untuk mencari atau menemukan teori-teori linguistik belaka. Sedangkan
kajian terapan di tujukan untuk menerapkan kaidah-kaidah linguistik dalaam
kegiatan praktis, seperti dalam pengajaran bahasa, terjemahan, penyusunan
kamus, dan sebagainya.
Ketiga,
adanya disubut linguistik sejarah dan sejarah linguistik. Linguistik sejarah,
mengkaji perkembangan dan perubahan suatu bahasa atau sejumlah bahasa, baik
dengan diperbandingkan maupun tidak. Sedangkan sejarah linguistik, mengkaji
perkembangan ilmu linguistik, baik mengenai tokoh-tokohnya, aliran-aliran
teorinya, maupun hasil-hasil kerjanya.
2.1.3
Psikolinguistik
Psikolinguistik
terbentuk dari kata psikologi dan linguistik, yakni dua bidang ilmu yang
berbeda, yang masing-masing berdiri sendiri, dengan prosedur dan metode yang
berlainan. Namun, keduanya sama-sama meneliti bahasa sebagai objek formalnya.
Pada
awalnya kerja sama antara kedua disiplin itu disebut linguistic psychology dan
ada juga yang menyebutnya psychology of languange. Kerja sama antara
psikologi dan linguistik setelah beberapa lama berlansung tampaknya belum cukup
untuk dapat menerangkan hakikat bahasa seperti tercermin dalam defenisi di
atas.
2.2 Perasaan dan Emosi
Menurut
Sunarto yang dikutip Wayan Nurkancana (2001: 60) emosi dan
perasaan adalah dua hal yang berbeda. Perbedaan ini bersifat kualitatif yang
berkelanjutan (kontinu) tetapi tidak jelas batasnya. Secara umum dapat
dikatakan perasaan tidak diikuti oleh perubahan-perubahan pisik. Sebaliknya emosi
diikuti oleh perubahan-perubahan pisik seperti perubahan warna kulit muka,
perubahan denyut jantung, perubahan pernapasan, perubahan pupil mata, perubahan
kerja kelenjar, kontraksi otot dan sebagainya.
Perasaan (feeling) dapat mempunyai
arti. Ditinjau secara fisiologis, perasaan berarti penginderaan, jadi merupakan
salah satu fungsi tubuh untuk mengadakan kontak dengan dunia luar. Dalam arti
psikologis, perasaan mempunyai fungsi menilai, yaitu penilaian terhadap suatu
hal. Makna penilaian ini nampak misalnya dalam ungkapan berikut : “Saya rasa
nanti sore hari akan hujan”. Ungkapan itu berarti bahwa menurut penilaian saya,
nanti sore hari akan hujan.
Emosi di lain pihak, mempunyai arti
yang agak berbeda. Di dalam pengertian emosi sudah terkandung unsur perasaan
yang mendalam (intense). Perkataan emosi sendiri berasal dari perkataan
“emotus” atau “emovere” yang artinya mencerca “to stir up”,
yaitu sesuatu yang mendorong terhadap sesuatu. Misalnya emosi gembira mendorong
perubahan suasana hati seseorang yang menyebabkan orang itu tertawa. Marah, di
lain pihak, merupakan suasana hati untuk menyerang atau mencerca sesuatu.
A. Aspek-aspek Emosi
Menurut C.T.Morgan, aspek-aspek emosi dapat
dibagi dalam 4 hal, yaitu:
1.
Emosi, adalah sesuatu yang
sangat erat hubungannya dengan kondisi tubuh,misalnya denyut jantung, sirkulasi
darah dan pernafasan.
2. Emosi adalah sesuatu yang dilakukan atau diekspresikan, misalnya
tersenyum, tertawa, menangis.
3. Emosi adalah sesuatu yang dirasakan, misalnya merasa senang, merasa
kecewa.
4. Emosi juga merupakan suatu motif, yaitu mendorong seseorang untuk
berbuat sesuatu kalau ia beremosi senang, atau mencegah ia melakukan sesuatu
kalau ia tidak senang.
Aspek ketubuhan dari emosi (Bodily Aspects of
Emotion).
Mengenai aspek ini banyak dilakukan
penelitian oleh para ahli dalam bidang “physiological psychology”,
Galvanik Skin Response adalah suatu alat yang dapat mengukur
perubahan-perubahan yang terjadi pada kulit. Lie Detector adalah alat
lain yang lebih rumit, yang dapat megukur perubahan-perubahan emosi melalui
beberapa perubahan fisik sekaligus, seperti perubahan tekanan darah, perubahan
pernafasan, perubahan di kulit, dan sebagainya. Lie Detector ini
khususnya ditujukan untuk mengetahui hal-hal yang berada di bawah kesadaran,
sedemikian rupa sehingga orang yang bersangkutan tidak bisa berbohong atau
menutupi hal-hal mengenai dirinya. Prinsip yang digunakan pada Lie Detector
adalah dengan menggunakan World Association Test dari Jung. Serentetan
kata-kata diberikan kepada orang yang diperiksa dan pada kata-kata yang
menyangkut peristiwa-peristiwa yang penting artinya bagi orang yang
bersangkutan, maka orang itu akan memperlihatkan perubahan emosi yang akan
nampak dan dapat diukur melalui perubahan-perubahan di tubuhnya. Ekspresi
emosionil (emotional expression). Ada tiga macam ekspresi emosionil yang
dikenal:
1.
“Startle Response” atau reaksi
terkejut. Reaksi ini merupakan sesuatu yang ada pada setiap orang dan didapat
sejak lahir (inborn), jadi tidak dipengaruhi oleh pengalaman
masing-masing individu. Karena itu reaksi terkejut ini sama pada setiap orang,
yaitu menutup mata, mulut melebar dan kepala serta leher bergerak ke depan.
2.
Ekspresi wajah dan suara (facial
and vocal expression). Bagaimana keadaan emosi seseorang dinyatakan melalui
wajah dan suara.melalui perubahan wajah dan suara kita bisa membedakan
orang-orang yang sedang marah,gembira dan sebagainya. Para artis seperti
pelukis dan dramawan sangat perlu mempelajari ekspresi wajah dan suara dari
berbagai emosi agar dapat menghasilkan karya-karya yang benar-benar baik.
3. Sikap dan gerak tubuh (posture and gesture). Sikap dan gerak
tubuh juga merupakan ekspresi dari keadaan emosi.
B. Fsiologi
Gembira
Tanda-tanda
yang mungkin ditemukan ketika seseorang berada pada kondisi gembira, antara
lain sebagai berikut.
Jantung dan tekanan darah
Detak jantung dan tekanan darah
menurun karena tidak ada suplai oksigen berlebihan ke otak dan otot. Berbeda
dengan emosi marah di mana detak jantung dan tekanan darah meningkat untuk
menyuplai lebih banyak oksigen ke otak dan otot
Pernapasan
Ketika seseorang bergembira, laju
nafas orang tersebut cenderung datar disertai tarikan nafas yang
panjang-panjang dan lepas. Berbeda dengan emosi marah yang di mana laju nafas
meningkat untuk mengantar lebih banyak darah ke otak dan otot. Napas cenderung
pendek- pendek, dada terasa berat karena nafas kerap tertahan dan kerongkongan terasa tegang dan kencang.
Perubahan vascular atau
temperatur kulit
Pembuluh darah di wajah, tangan, dan
di bagian tubuh lainnya lentur karena orang yang gembira cenderung rileks.
Pembuluh darah berada dalam keadaan normal (tidak terlalu lebar dan sempit)
sehingga peredaran darah berjalan dengan lancar. Wajah orang yang gembira
selalu tampak berseri-seri dan adem karena pikiran orang tersebut santai tanpa
beban. Gerakan tangan dan kaki serta alat-alat gerak lainnya lepas dan bebas.
Indra yang menajam
Segenap
panca indra orang yang gembira (indra peraba, penglihatan, penciuman,
pendengaran, penciuman, dan pengecap) berada pada posisi rileks. Hal tersebut menyebabkan panca indra orang yang gembira kurang
sensitif (kurang kuat). Hal inilah yang memicu banyak orang yang kalah,
terbunuh, dan lain sebagainya karena lengah (sedang bersenang-senang).
Perubahan kimiawi darah
Perubahan kimiawi darah tidak terjadi ketika
seseorang berada pada kondisi gembira. Senyawa kimia, yakni adrenalin dan
kortisol yang dilepaskan ke dalam darah untuk memicu respon “ bertarung atau
mundur” pada saat seseorang marah, tidak dilepaskan. Sel-sel darah merah yang
menjadi lebih “kental” agar lebih mudah membeku, untuk berjaga-jaga seandainya
terluka, tidak mengental.
2.3 Fungsi
Bahasa
Bahasa merupakan alat untuk
mengungkapkan perasaan dan pikiran. Dalam kajian psikolinguistik, kita
menemukan bahwa bahasa itu bukan hanya memengaruhi pikiran melainkan juga
berfungsi meningkatkan pikiran. Fungsi demikian itu dapat dirasakan oleh siapa
saja yang ‘belajar’ melalui jasa bahasa, lisan atau tertulis.
Menurut Wardhaugh (Sosiolonguistik.
1995: 19) bahasa juga berfungsi sebagai alat komunikasi manusia. Baik tertulis
maupun lisan. Ini adalah dasar (hakiki) bahasa sejak kelahirannya. Sebagai alat
komunikasi, bahasa dipakai untuk berinteraksi antarwarga masyarakat bahasa itu.
2.4
Proses Kognitif
Proses kognitif adalah proses untuk memperoleh pengetahuan di dalam
kehidupan yang diperoleh melalui pengalaman-pengalaman. Pengalaman yang
dimaksud adalah pengalaman indrawi artinya bahwa proses kognitif melibatkan
panca indra kita yaitu penglihatan, penciuman, perabaan, pengecapan, dan
pendengaran, di samping kesadaraan dan perasaan. Hasil dari berbagai perasaan seperti senang atau
sedih diekspresikan dengan kata-kata (verbal) dan sering juga disertai
gerakan-gerakan tertentu (nonverbal) yang mendukung maksud yang ingin
disampaikan.
2.5
Teori Sapir-Whorf
Edward Sapir
(1984-1939) seorang linguis Amerika mengatakan bahwa manusia hidup di dunia ini
di bawah “belas kasih” bahsanya yang telah menjadi alat pengantar dalam
kehidupannya bermasyarakat. Menurut Sapir, telah menjadi fakta bahwa kehidupan
suatu masyarakat sebagian " didirikan" di atas tabiat-tabiat dan
sifat-sifat bahas itu.
Von Humboldt
dan Sapir Whorf juga menyatakan bahwa bahasa juga menentukan pikiran seseorang
sampai kadang-kadang bisa membahayakan dirinya sendiri. Whorf yang bekas
anggota pemadam kebakaran menyatakan ‘kaleng kosong’ bekas minyak bisa meledak.
Kaleng minya yang sudah kosong masih bisa meledak kalau terkena panas, di
sinilah menurut Whorf, tampak jalan pikiran seseorang telah ditentukan oleh
bahasanya. Menurut Whorf selanjutnya sistem tata bahasa suatu bahasa bukan
hanya merupakan alat untuk bahasa suatau bahasa bukan hanya merupakan alat
untuk menyuarakan ide-ide, tetapi juga merupakan pembentukan orang seseorang.
Dengan kata lain, tata bahasa yang menentukan jalan pikiran seseorang.
Whorf membandingkan kebudayaan Hopi
diorganisasikan berdasarkan peristiwa (event), kebudayaan Eropa berdasarkan
ruang (space), dan waktu (time). Menurut Whorf inilah bukti bahwa bahasa mereka
telah menggariskan realitas hidup dengan cara-cara yang berlainan.
2.6 Teori
Jean Piaget
Menurut Piaget pikiranlah yang
membentuk bahasa tanpa pikiran bahasa tidak ada.Piaget yang mengembangkan teori
yang mengembangkan teori perkembangan kognisi menyatakan jika seorang
anak dapat menggolongkan sekumpulan benda-benda dengan cara-cara yang berlainan
sebelum anak itu dapat menggolongkan benda-benda itu dengan menggunakan
kata-kata yang yang serupa dengan benda-benda tersebut maka perkembangan
kognisi dapat diterangkan telah terjadi sebelum dia dapat berbahasa.
Menurut teori pertumbuhan kognisi
seorang anak-anak mempelajari sesuatu mengenai tindakan-tindakan dari
perilakunya kemudian baru dari bahasa. Piaget juga mengemukakan dua hal penting
yang berkaitan dengan hubungan antara bahasa dengan kegiatan-kegiatan intelek
(pikiran) :
1)
Sumber kegiatan intelek tidak
terdapat dalam bahasa, tapi dalam periode sensorimotorik yakni satu sistem
skema, dikembangkan secara penuh dan membuat lebih dulu gambaran-gambaran dari
aspek-aspek struktur golongan-golongan dan hubungan-hubungan benda-benda(sebelum
mendahului gambaran-gambaran lain)dan bentuk-bentuk dasar penyimpanan dan
operasi pemakaian kembali.
2)
Pembentukan pikiran yang tepat
dikemukakan dan berbentuk terjadi pada yang bersamaan dengan pemerolehan
bahasa.Keduanya milik suatu proses yang lebih umu yaitu konstitusi lambang pada
umumnya.Awal terjadinya fungsi lambang ini ditandai oleh bermacam-macam
perilaku yang terjadi serentak dalam perkembangannya.
Piaget juga menegaskan bahwa kegiatan
intelek sebenarnya adalah aksi atau perilaku yang telah dinuranikan dan dalam
kegiatan-kegiatan sensomotor termasuk juga perilaku perilaku bahasa.
2.7 Teori Noam Chomsky
Noam
Chomsky adalah linguis Amerika yang dengan teori tata bahasa generatif
transformasinya dianggap telah membuat satu sejarah baru dalam psikolinguistik. Tentang bahasa, pemikiran Noam mengajukan
tentang teori Klasik yang disebut Hipotesis Nurani. Secara tidak
langsung teori ini membicarakan tentanghubungan bahasa dengan pemikiran, tetapi
kita tidak dapat menarik kesimpulan mengenai hal itu karena Chomsky sendiri
menegaskan bahwa pengkajian bahasa membukakan perspektif yang baik dalam
pengkajian proses mental(pemikiran) manusia.
Hipotesis Nurani mengatakan bahwa
struktur bahasa-dalam adalah nurani. Artinya rumus-rumus itu di bawa sejak lahir.
Pada waktu seorang kanak-kanak mulai mempelajari bahasa ibu, dia telah
dilengkapi sejak lahir dengan satu peralatan konsep dengan sruktur bahasa-dalam
yang bersifat universal.
Dalam
sejarah pertumbuhannya teori Chomsky ini dapat dibagi atas empat fase, yaitu
(1) fase generatif transformasi klasik yang bertumpu pada buku Syntactic
Structure antara tahun 1957-1964; (2) teori standar yang bertumpu pada buku
Aspect of the Theory of Syntac antara tahun 1965-1966; (3) fase teori
standar yang diperluas antara tahun 1967-1972; dan (4) fase sesudah teori
standar yang diperluas antara 1973 sampai kini, seperti teori penguasaan dan
ikatan (government and binding theory) yang berkembang sejak tahun
delapan puluhan. Adanya fase-fase itu adalah karena adanya kritik, reaksi, dan
saran dari berbagai pihak, dan lebih untuk menyempurnakan teori itu.
Selanjutnya
menurut Comsky yang dikutip Sumarsono (2007: 5) membedekan antara
kompetensi dengan performansi atau penampilan. Kompetensi adalah kemampuan yang
masih terimpan dalam otak. Sedangkan performansi atau penampilan adalah mawujud
atau realisasi dari kompetensi yang dimiliki.
Menurut
Chomsky yang penting bagi seorang linguis adalah menelaah data-data penuturan
(yang berupa kalimat-kalimat), kemudian menentukan sistem kaidah yang telah
diterima atau dikuasai oleh penutur-pendengar dan yang dipakai dalam penuturan
yang sebenarnya. Maka itu, menurut Chomsky teori linguistik itu bersifat mental
karena teori ini mencoba menemukan satu realitas mental yang menyokong prilaku
bahasa yang sebenarnya terjadi.
Kompetensi
atau kecakapan adalah suatu proses generatif, dan bukan “gudang” yang berisi
kata-kata, frase-frase, atau kalimat-kalimat seperti konsep langue dalam teori
linguistik De Saussure. Kompetensi merupakan satu sistem kaidah atau rumus yang
dapat kita sebut tata bahasa dari bahasa penutur itu.
BAB III
TEMUAN DAN PEMBAHASAN
Dalam bab ini akan disajikan temuan mengenai psikolinguistik gembira
disertai dengan pembahasannya. Pada bagian temuan, penulis lengkapi dengan
identitas para pelaku tutur dalam percakapan yang akan dianalisis. Pencantuman
identitas pelaku tutur ini tentunya akan memperdalam informasi kita mengenai
tuturan-tuturan yang terjadi. Setelah bagian temuan dipaparkan, barulah
data-data yang ada dianalisis satu persatu.
A. Temuan
1. Percakapan Pertama
Identitas Para Pelaku Tutur
Nama : I Kade Mas
Willi Dewanata
Jenis Kelamin :
Laki-laki
Usia : 11 tahun
Pekerjaan :
Siswa SD Negeri 2 Yeh Kuning
Asal : Banjar Beratan, Desa Yeh
Kuning, Kecamatan Jembrana, Kab. Jembrana.
Nama : Ni Putu Wahyu
Denita
Jenis Kelamin : Perempuan
Usia : 10 tahun
Pekerjaan :
Siswa SD Negeri 2 Yeh Kuning
Asal : Banjar Beratan, Desa Yeh
Kuning, Kecamatan Jembrana, Kab. Jembrana.
Percakapan terjadi hari Minggu, 25
Oktober 2009. Pada saat itu Wahyu sedang bermain petak umpet di halaman
rumahnya dengan teman-temannya. Saat itu Willi yang hanya duduk melihat mereka
bermain terlihat sangat senang ketika Wahyu berulang-ulang menjadi penjaga
dalam permainan itu.
Wahyu : “Aduh yang be buin nyaga, terus yang gen...”
(Aduh saya lagi yang jaga, terus saya saja...)
Willi : “I Wahyu nyaga” (Wahyu yang jaga) {Sambil
tertawa dan memukul-mukulkan tangannya ke bangku}
2. Percakapan Kedua
Identitas Para Pelaku Tutur
Nama : I Ketut Agus
Mahendra
Jenis Kelamin :
Laki-laki
Usia : 21 tahun
Pekerjaan :
Mahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Asal : Banjar pegok, Desa Sesetan, Denpasar Selatan
Nama : I Gede
Gunantara
Jenis Kelamin :
Laki-laki
Usia : 21 tahun
Pekerjaan :
Mahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Asal : Banjar Blumbang, Kerambitan-Tabanan.
Percakapan ini terjadi hari Senin, 2 November
2009 di kos mereka di jalan Nuri no. 5 Kaliuntu-Buleleng.
Agus : “Be bakat
ci, be bakat ci...” (Sudah dapat ci,
Sudah dapat ci...)
Gunan : “Nyen? Ayuk?” (Siapa? Ayuk?)
Agus : “Ya..ialah...” (ya ialah..)
Gunan : “Kan
mara ibi ci kenalan?
Agus : “Kenalan, langsung ajak cang ngorto di taman
kota, langsung ajak ka kos ne. Pang ci nawang..pang ci nawang di kosne. Ya... Be
bakat ci, be bakat” (Kenalan, langsung berbincang-bincang di taman kota,
langsung ajak ke kosnya. Supaya kamu tau... supaya kamu tau di kosnya. Ya ...
sudah saya dapatkat, sudah dapat). {Tertawa sambil mengacung-acungkan jempolnya
kemudiantos dengan gunan}
Gunan : “Yan
ci ngelah tunangan keto...” (kalau kamu punya tunangan seperti itu...) {saat
ini pembicaraan dipotong Agus}
Agus : “Ake kan menang tohan jani ne!” (Saya kan
menang taruhan sekarang ini!)
Gunan : “Meh...engsapin meh...” (Meh...saya
lupakan meh...)
Agus : “Nah tohan skeet. Ne kan tahuran tiga hari”
(Ya taruhan lima puluh ribu. Ya kan taruhannya tiga hari)
Gunan : “Nah, Ake kan matakon kija gen malu?”
(Ya, saya kan bertanya ke mana saja?)
Agus : “Ae, bagian atas be beres” (ae, bagian
atas sudah beres)
Gunan : “Ayuk nyen te adane?” (Siapa namanya?)
Agus : “Ayuk Erawati”
3. Percakapan Ketiga
Identitas Para Pelaku Tutur
Nama : Ni Ketut
mamik
Jenis Kelamin :
Perempuan
Usia : 32 tahun (Dalam video memakai baju hitam)
Pekerjaan :
Ibu rumah tangga
Asal : Desa Beratan, Desa Yeh Kuning, Kecamatan
Negara, Kab. Jembrana.
Nama : Ni luh Suarni
Jenis Kelamin :
Perempuan
Usia : 29 tahun
(Mengenakan pakaian warna biru muda)
Pekerjaan : -
Asal : Desa Beratan, Desa Yeh Kuning, Kecamatan
Negara, Kab. Jembrana.
Nama : Ni Ketut
Sutarini
Jenis Kelamin :
Perempuan
Usia : 31 tahun
(Mengenakan pakaian warna biru langit)
Pekerjaan :
Pedagang
Asal : Desa Beratan, Desa Yeh Kuning, Kecamatan
Negara, Kab. Jembrana.
Nama : Ni Ketut Reni
Jenis Kelamin :
Perempuan
Usia : 65 tahun
(Mengenakan pakaian warna ping)
Pekerjaan :
-
Asal : Desa Beratan, Desa Yeh Kuning, Kecamatan
Negara, Kab. Jembrana.
Percakapan ini terjadi hari Sabtu, 31
Oktober 2009 di rumah Ni ketut Reni (65 tahun) di banjar Beratan, desa
Yehkuning sekitar pukul 14. 00. WITA. Saat itu mereka menyaksikan video Kadek
Wili dan Ibuknya sedang tertawa terbahak-bahak. Mereka pun tertawa melihat
video tertawa tersebut.
Mamik : “Aja busan te ade mbok Ayu jak dek willi
kedek!” (Benar tadi ada mbok Ayu
sama dek willi tertawa) {tertawa sambil menggerakan tangannya dan
mendorong-dorong Ketut Reni yang ada di sampingnya}
4. Percakapan Keempat
Identitas Para Pelaku Tutur
Nama : Ni Made Dwi
Erawati
Jenis Kelamin : Perempuan
Usia : 21 tahun
Pekerjaan :
Mahasiswa Jurusan Pendidikan Ekonomi
Asal : Desa Beratan, Desa Yeh Kuning, Kecamatan Jembrana, Kab. Jembrana.
Nama : Ni Putu Agus
Candriasih
Jenis Kelamin :
Perempuan
Usia : 22 tahun
Pekerjaan :
Mahasiswa Jurusan Pendidikan Ekonomi
Asal : Desa Cepik, Tabanan
Video ini diambil hari Minggu,
25 Oktober 2009 di kos Made Dwi Erawati di Jalan Dewi Sartika Utara, Gang 1 No.
12A. Saat itu Era yang baru saja sampai di Singaraja merasa sangat lelah. Jam
saat itu telah menunjukan pukul 17.00. dan dia harus membuat tugas yang harus
dikumpul pada perkuliahan besoknya. Tiba-tiba datang pesan lewat HP era dari
Candri.
Candri : “Ra, mani sing kuliah. Bapae ka Denpasar!
Untung, cang onden ngae tugas alne.” (Ra, besok tidak kuliah. Bapaknya ke
Denpasar! Untung, saya belum buat tugas soalnya.) {Kabar ini disampaikan lewat
sms}
Era : “Ye...mani sing kuliah....ye...ye...ye...”
(sambil menggemgam tangannya lalu menariknya ke bawah berulang-ulang)
(Ye..besok tidak kuliah...ye...ye...ye...)
B. Pembahasan
3.1 Latar Belakang Penyebab Kegembiraan
Kegembiraan
pada diri seorang individu tentu tidak terjadi dengan sendirinya atau otomatis.
Tentu saja tiap kegembiraan yang ada disebabkan oleh sesuatu hal. Entah itu
kegembiraan karena hal-hal yang kecil ataupun gembira karena hal-hal yang
besar, hal yang sangat berpengaruh terhadap jalan hidupnya. Berikut adalah
latar belakang mengapa seseorang mengalami kegembiraan dalam
percakapan-percakapan di atas.
1.
Kegembiraan pada tuturan
pertama, yaitu kegembiraan I Kadek Mas Willi Dewanarta atau yang akrab
dipanggil Willi disebabkan karena rasa herannya melihat wahyu yang
sangat polos dalam bermain petak umpet sehingga terus dia saja yang diakali
oleh teman-temannya untuk menjadi penjaga. Apalagi Wahyu saat mengatakan
dirinya bahwa ia yang menjaga ekspresinya meringis yang seolah-olah tidak
percaya kalau dirinya lagi yang harus jadi penjaga.
2.
Pada percakapan kedua,
kegembiraan I Ketut Agus Mahendra disebabkan oleh keberhasilannya dalam
menarik hati Ayuk yang baru dikenallnya. Ia telah berhasil mengajak Ayuk
jalan-jalan bahkan telah berhasil berbincang di kos Ayuk. Agus juga tambah
bahagia karena berhasil memenangkan taruhan melawan Gunan. Waktu tiga hari yang
disepakati dalam taruhan ternyata berhasil ternyata tidak disiasiakan tole. Ia
berhasil menggaet Ayuk hanya dalam waktu dua hari.
3.
Kegembiraan Ni Ketut Mamik dalam tuturan tiga tersebut disebabkan oleh
video yang ditontonnya. Ketut mamik merasa senang melihat video willi dan
Ibunya tertawa terbahak-bahak. Dalam video yang diputar, Ibu Willi tertawa
sampai tersendak karena saat itu sedang meminum segelah teh hangat. Melihat
tertawa sambil tersedak itulah Ketut Mamik merasa senang.
4.
Pada percakapan empat,
kegembiraan Ni Made Dwi Erawati
disebabkan oleh batalnya kuliah keesokan harinya. Ia sangat senang karena pada
waktu itu ia belum membuat tugas yang harus ia setorkan. Keadaannya yang sudah
lelah karena baru datang dari kampong sudah tidak memungkinkan dia bisa
mengerjakan tugas yang diberikan. Sms dari Candri yang isinya tidak kuliah itu
tentu sangat membahagiakan baginya.
3.2
Fenomena yang Dapat
Dirunut dari Orang Gembira
Untuk menunjukan rasa senang atau
kegembiraannya, seseorang biasanya tidak hanya menggunakan bahasa verbal, namun
juga menggunakan bahasa nonverbal yang berupa gerakan-gerakan tubuh yang
mendukung bahasa verbal yang ia keluarkan. Berikut adalah fenomena yang dapat
dirunut dari psikolinguistik gembira.
- Pada percakapan pertama, yaitu dengan objek penelitian I Kade Mas Willi Dewanata, perasaan gembiranya ditunjukan dengan mengucapkan “I Wahyu nyaga” Ungkapan tersebut merupakan penanda verbal Willi sedang gembira. Penanda nonverbal ia gembira dapat dilihat tertawanya yang terbahak-bahak sambil menunjuk-nunjuk Wahyu yang sedang keliatan sedih. Tertawa Willi juga disertai tindkan memukul-mukul bangku yang sedang ia tempati.
- Percakapan kedua di mana yang mengalami kegembiraan adalah I Ketut Agus Mahendra, kegembiraannya itu ditunjukan dengan bahasa verbal “Be bakat ci, be bakat ci...”, “Ya..ialah...”, Pang ci nawang..pang ci nawang di kosne. Ya... Be bakat ci, be bakat” yang diucapkan dengan penuh penekanan dan penuh semangat. Mungkin inilah yang disebut orang bahwa kalau orang bahagia itu bersemangat. Ujaran itu didukung oleh gerakan tangan yang mengacungkan jempol berkali-kali ke lawan tuturan berkali-kali. Bahkan tindakan mengacungkan jempol itu juga diikuti oleh ajakan “tos” yang sangat bersemangat.
- Kegembiraan Ni Ketut Mamik pada tuturan ketiga, ditunjukan dengan ujaran “Aja busan te ade mbok Ayu jak dek willi kedek!”. Bahasa verbal itu dibarengi dengan gelaktawa sehingga suaranya terdengar putus-putus. Sambil tertawa, Mamik juga terlihat mendorong-dorong Ketut Reni yang ada disampingnya. Tindakan mendorong-dorong orang yang disampingnya itu merupakan bahasa nonverbal yang ia tunjukan karena perasaan senangnya saat itu.
- Pada percakapan empat, kegembiraan Ni Made Dwi Erawati ditunjukan dengan ungkapan “Ye...mani sing kuliah....ye...ye...ye...” ungkapan ye...ye...ye.. yang ke luar dari mulut Era menunjukan bahwa dia sedang senang. Apalagi, ungkapan itu dibarengi dengan senyuman dan tindakan nonverbal yang berupa menggemgam tangannya lalu menarik-nariknya ke bawah.
3.3
Aspek Pikiran Orang
Gembira
Aspek pikiran dalam psikolinguistik
gembira yang penulis teliti dari empat orang tersebut adalah sebagai berikut.
- Aspek pikiran I Kade Mas Willi dewanata mengenai kegembiraannya adalah terjadi karena ia melihat Wahyu yang terus saja menjadi penjaga dalam permainan petak umpet itu. Willi sangat gembira karena Wahyu yang terus menjadi penjaga tiba-tiba berkata “Aduh yang be buin nyaga, terus yang gen...” dengan mukanya yang lugu dan nada yang seperti orang mau nangis.
- Pada objek kedua, yaitu I Ketut Agus Mahendra, Aspek pikiran yang mengakibatkan ia senang adalah karena berhasil mendapatkan Ayuk dalam waktu dua hari. Ia telah berhasil mengajak Ayuk jalan dan bermain ke kosnya. Dengan berhasilnya mengajak Ayuk jalan, itu juga berarti ia berhasil memenangkan taruhan dari Gunantara dengan batas waktu yang masih tersisa satu hari. Jadi, perasaan senang Agus dirunut dari pikirannya disebabkan oleh dua hal, yaitu berhasil mendapatkan Ayuk dan menang taruhan.
- Aspek pikiran Ni Ketut Mamik pada tuturan ketiga itu adalah merasa gembira karena melihat Mbok Ayu tertawa sambil tersedak saat minum teh.
- Pada objek keempat, yaitu Ni Made Dwi Erawati, kegembiraannya disebabkan karena pada saat tiba di Singaraja dia merasa sedih karena belum membuat tugas, padahal jam sudah menunjukan pukul 17.00. Saat itu tiba-tiba ada sms dari Candri yang mengatakan besok tidak kuliah. Era merasa sangat senang saat itu. Jadi, aspek pikiran yang membuat Era senang adalah perasaan sedih yang berubah karena pesan yang baru ia terima.
3.4
Aspek Bahasa Orang
Gembira
Aspek bahasa dari psikolinguistik
gembira dengan memakai empat orang objek penelitian dapat dijelaskan satu
persatu sebagai berikut.
1.
Aspek bahasa I Kadek Mas Willi
Dewanata saat ia sedang senang karena keheranan pada Wahyu yang terus menjadi
penjaga. Aspek bahasa yang ia tunjukan adalah “I Wahyu nyaga”. Memang tidak ada kata seru seperti ye..ye.. dalam ucapan itu, tapi ucapan
itu sudah ditunjukan dengan muka yang tersenyum sambil tertawa terbahak-bahak.
2.
Bahasa yang digunakan I Ketut
Agus Mahendra untuk mengungkapkan rasa gembiranya karena berhasil mendapat Ayuk
adalah “Be bakat ci, be bakat ci...”, “Ya..ialah...”,
Pang ci nawang..pang ci nawang di kosne.
Ya... Be bakat ci, be bakat”. Kata-kata yang sama diulang oleh Agus karena
terlalu gembira. Bahkan ia terlihat sangat antusias ketika temannya bertanya
dengan menjawab “Ya..ialah” dengan
penuh penekanan.
3.
Ujaran “Aja busan te ade mbok Ayu jak dek willi kedek!” yang dikeluarkan
oleh Ni Ketut Mamik adalah tuturan yang mengeringi kegembiraannya saat itu
karena melihat sesuatu yang lucu. Ujaran itu diucapkan sambil tertawa sehingga
terdengar bergetar.
4.
Ni Made Dwi Erawati saat
mengetahui dirinya tidak jadi mengumpulkan tugas karena tidak jadi kuliah
mengeluarkan ujaran “Ye...mani sing
kuliah....ye...ye...ye...”. Ujaran “ye..ye..ye..”
diucapkan dengan penuh penekanan dan seiring dengan gerak tangannya yang
naik turun.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Simpulan
Setelah penulis melakukan penelitian
seperti yang tertuang dalam Bab III, hal-hal yang dapat penulis simpulkan dari
pembahasan tersebut adalah sebagai berikut.
- Yang melatarbelakangi perasaan gembira dalam diri seseorang itu berbeda-beda atau mungkin suatu ketika rasa bahagia disebabkan oleh hal yang sama (kebahagiaan kolektif). Namun secara umum, tiap orang memiliki perasaan bahagia yang berbeda antara satu sama lain (kuantitas bahagia berbeda). Seseorang dapat bahagia karena melihat orang lain bertingkah aneh, mendapatkan apa yang diharapkan, menang taruhan atau karena memdapat kabar yang membahagiakan.
- Fenomena yang dapat dirunut dari orang gembira itu adalah dari raut wajah, senyuman atau kata-kata letupan (seperti ye..ye..).
- Aspek pikiran orang gembira itu berkaitan dengan penyebab-penyebab mengapa ia gembira. Suasana, kejadian, atau berita yang membahagiakan adalah stimulus atau aksi yang akan merangsang pikiran seseorang untuk memproses stimulus atau reaksi tersebut yang nantinya akan menyebabkan perasaan senang dalam dirinya.
- Aspek bahasa dari orang gembira sebenarnya adalah respon atau reaksi dalam bentuk verbal dari orang yang sedang senang. Dari bahasanyalah kita dapat mengetahuai orang yang sedang senang. Bahasa yang diujarkan biasanya dibarengi oleh gerakan-gerakan bagian tubuh tertentu.
4.2 Saran
Seperti yang telah penulis paparkan
pada Bab III mengenai latar belakang, fenomena yang dapat dirunut, aspek
pikiran, dan aspek bahasa orang gembira, penulis ingin agar pembaca memiliki
gambaran awal mengenai bagaimana orang gembira dan tahu ciri-ciri verbal dan
nonverbal orang gembira sehingga dalam suatu tindak komunikasi kita dapat
menempatkan diri secara benar. Maksudnnya kita bisa tahu kapan saatnya bercanda
dan kapan saatnya serius dengan melihat ciri-ciri verbal dan nonverbal orang
yang kita ajak berbicara.
Penulis menyarankan agar setelah
membaca penelitian sederhana ini, pembaca menbaca sumber lain mengenai
psikolinguistik gembira untuk memperdalam pemahaman mengenai psikolingiuistik
gembira.
DAFTAR
PUSTAKA
Chaer, Abdul. 2003. Psikolinguistik
(Kajian Teoritik). Jakarta: PT Rineka Cipta.
Chaer, Abdul dan Agustina, Leonie.
1995. Sosiolinguistik (Suatu Pengantar). Jakarta: PT Rineka Cipta.
Hasan, Zaini dan Salladin.1996. Pengantar
Ilmu Sosial. Jakarta: Depertemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Mar’at, Samsunuwiti. 2005. Psikolinguistik
(Suatu Pengantar). Bandung: PT Refika Aditama.
Nurkancana,
Wayan. 2001. Perkembangan Jasmani dan Kejiwaan. Surabaya: Usaha Nasional.
Sobur, Alex. 2004. Semiotika Komunikasi. Bandung : PT Remaja
Rosdakarya.
Sumarsono.2007. Pragmatik (Buku
Ajar). Singaraja: Undiksha.
http://www.tipskeluarga.com/file/PSIKOLOGI_PERKEMBANGAN_BALITA.pdf. Diakses pada tanggal 10 September 2008
Tidak ada komentar:
Posting Komentar