Rabu, 28 Maret 2012


PENELITIAN EX-POSTFACTO
(Ringkasan BAB 12 Buku Metodelogi Penelitian Pendidikan; Kompetensi dan Praktiknya Karya Prof. Sukardi, Ph.D)
Oleh I Putu Mas Dewantara

Tujuan yang diharapkan dapat tercapai setelah mendalami penelitian ex-postfacto adalah diharapkan dapat:
 1.       Memahami tentang prinsip-prinsip penelitian yang menggunakan metode ex-postfacto.
 2.       Menguasai macam-macam penelitian ex-potsfakto.
 3.       Menggunakan penelitian ex-fostfacto sesuai dengan permasalahan dan kebutuhan.
 4.       Membedakan perbedaan pokok antara penelitian ex-postfacto dan penelitian eksperimen secara tepat.
 5.       Menerangkan langkah-langkah penelitian ex-postfacto secara benar.

Ex-postfacto berarti “dari apa dikerjakan setelah kenyataan”, maka penelitian ex-postfacto disebut penelitian setelah kejadian. Nama lain untuk penelitian ex-postfacto ini adalah after the fact atau sesudah fakta dan ada juga yang menyebutnya retrospective study atau studi penelusuran kembali. Kalinger (1986) memberikan definisi bahwa penelitian ex-postfacto adalah penelitian di mana variabel-variabel bebas telah terjadi ketika peneliti mulai dengan pengamatan variabel terikat dalam suatu penelitian. Penelitian ex-postfacto dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu correlational study/causal research dan criterion group study/causal comparative research.

A. Penelitian Korelasi
            Penelitian ini dilakukan ketika peneliti ingin mengetahui tentang kuat atau lemahnya hubungan variabel yang terkait dalam suatu objek atau subjek yang diteliti. Penelitian korelasi adalah suatu penelitian yang melibatkan tindakan pengumpulan data guna menentukan, apakah ada hubungan dan tingkat hubungan antara dua variabel atau lebih. Terdapat dua pendapat yang membedakan penggolongan dari penelitian korelasi ini. Pendapat pertama disampaikan oleh Gay yang mengelompokkan penelitian korelasi ke dalam penelitian ex-postfacto karena biasanya peneliti tidak memanipulasi keadaan variabel yang ada dan langsung mencari keberadaan hubungan dan tingkat hubungan yang direfleksikan dalam koefesien korelasi. Pendapat kedua disampaikan oleh Nazir yang mengelompokkan penelitian korelasi ke dalam penelitian deskriptif karena penelitian tersebut juga berusaha menggambarkan kondisi yang sudah terjadi. Tiga karakteristik penelitian korelasi adalah:
1)      Penelitian korelasi tepat jika variabel kompleks dan peneliti tidak mungkin melakukan manipulasi serta mengontrol variabel seperti dalam penelitian eksperimen.
2)      Memungkinkan variabel diukur secara intensif dalam setting (lingkungan) nyata, dan
3)      Memungkinkan peneliti mendapat derajat asosiasi yang signifikan.
Penelitian korelasi mencakup kegiatan pengumpulan data guna menentukan adakah hubungan antarvaribel dalam subjek atau objek yang menjadi perhatian untuk diteliti. Jika ada, berapa derajat hubungan antara dua variabel atau lebih, derajat hubungan biasanya diekspresikan sebagai koefesien korelasi yang diberi simbol matematika (r) yang mempunyai nilai dari -1 sampai +1. Nilai negatif (-) menunjukkan arah variabel bertolak belakang sedangkan nilai positif (+) menunjukkan arah perubahan dua variabel pada arah yang sama.
Penelitian korelasi mempunyai beberapa tujuan seperti yang diungkapkan oleh Gay bahwa “penelitian korelasi menjelaskan rentang variasi dalam sebuah faktor korespondensi yang terdapat dalam satu atau lebih faktor dasar lain dalam koefesien korelasi”. Di samping itu, penelitian korelasi juga dilakukan tiga pertanyaan berikut.
1)      Adakah hubungan antara dua variabel?
2)      Bagaimanakah arah hubungan tersebut?
3)      Berapa besar hubungan kedua variabel tersebut dapat diterangkan?
Hubungan variabel yang lemah mungkin tidak memberikan rekomendasi untuk dilanjutkan, tetapi untuk variabel yang kuat misalnya r > 0,80, peneliti dianjurkan untuk melakukan analisis prediksi hubungan sebab-akibat (causal comparative study) atau bahkan ke studi eksperimen.
1. Beberapa Kemungkinan Haraga r
            Dalam penelitian pendidikan, seorang peneliti sering menyelidiki beberapa variabel yang saling terkait. Dengan teknik statistik yang ada, mereka dapat menganalisis hubungan tersebut dengan menggunakan korelasi ganda atau korelasi sebagian (partial correlation).
Gambar 1. Korelasi Ganda
 
 






2. Derajat Asosiasi Korelasi Ganda
            Seringkali ditemui bahwa peneliti juga tertarik untuk mencari derajat asosiasi antara dua variabel setelah variabel lainnya dikontrol atau dieleminasi pengaruhnya. Model korelasi untuk mendapatkan derajat asosiasi variabel di atas disebut korelasi terpisah atau partial correlation.
            Yang perlu diperhatikan oleh peneliti dalam mengetahui asosiasi dua variabel atau lebih adalah bahwa seorang peneliti tidak perlu menunjukkan hubungan sebab akibat antara dua variabel (Cohen dan Manion, 1984).

3. Menginterpretasikan Koefesien Korelasi
            Ada tiga butir penting bagi seorang peneliti dalam menginterpretasikan koefesien korelasi yaitu sebagai berikut.
1)      Koefesien merupakan angka simpel atau tidak perlu diinterpretasikan dari harga koefesien =+1, 0, -1.
2)      Korelasi tidak perlu diartikan menunjukkan hubungan sebab akibat antara dua faktor, seperti yang telah diterangkan di atas.
3)      Koefesien korelasi tidak perlu diinterpretasikan secara absolut.

Cohen dan Manion (1981:128) menunjukkan harga r seperti berikut.
1)      Nilai r = 0,20 – 0,35 menunjukkan hubungan dua variabel lemah walaupun signifikan.
2)      Nilai r = 0,35 – 0,65 menunjukkan hubungan sedang, umumnya signifikan lebih dari 1%, hubungan tersebut berguna untuk analisis prediksi.
3)      Nilai r = 0,65 – 0,85 menunjukkan hubungan cukup tinggi yang memungkinkan peneliti melakukan prediksi dengan tepat.
4)      Nilai r = > 0,85 menunjukkan hubungan antarvariabel tinggi, dan peneliti dianjurkan melakukan prediksi grup secara tepat. Di samping itu, prediksi individual juga dapat dilakukan dengan cermat.
Kapan seorang peneliti tepat menggunakan penelitian korelasi? Ketika peneliti mempunyai beberapa alasan penting, di antaranya sebagai berikut.
1)      Ada kebutuhan informasi bahwa ada hubungan antarvariabel di mana koefesien korelasi dapat mencapainya.
2)      Penelitian korelasi perlu diperhitungkan kegunaannya apabila variabel yang muncul itu kompleks, dan peneliti tidak mungkin dapat melakukan kontrol dan memanipulasi variabel-variabel tersebut.
3)      Dalam penelitian dimungkinkan dilakukan pengukuran beberapa variabel dan hubungan yang ada dalam setting yang realistis. Alasan penting lain adalah bahwa penelitian korelasi tepat dilakukan jika salah satu tujuan penelitian adalah mencapai formula prediksi, yaitu keadaan yang menunjukkan adanya asumsi hubungan antarvariabel.

4. Kelebihan dan Kelemahan Penelitian Korelasi
            Penelitian korelasi memiliki kelebihan sebagai berikut.
1)      Berguna dalam mengatasi masalah yang berkaitan dengan bidang pendidikan, ekonomi, dan sosial, karena dengan penelitian ini peneliti dimungkinkan untuk mengukur beberapa variabel dan hubungannya secara simultan.
2)      Dengan penelitian korelasi, dimungkinkan beberapa variabel mempunyai kontribusi pada suatu variabel tertentu dapat diselidiki secara intensif.
3)      Penelitian korelasi pada umumnya melakukan studi tingkah laku dengan setting yang realistis.
4)      Peneliti dapat melakukan analisis prediksi tanpa memerlukan sampel yang besar.
Sedangkan kelemahan penelitian korelasi yang perlu diperhatikan oleh para peneliti adalah bahwa dengan penelitian korelasi, peneliti hanya mengidentifikasi apa yang terjadi tanpa melakukan manipulasi dan mengontrol variabel. Di samping itu, dengan penelitian tersebut peneliti tidak dapat membangun hubungan sebab akibat.

B. Penelitian Kausal Komparatif
            Ada para ahli yang mengelompokkan penelitian kausal komparatif ini ke dalam kelompok penelitian deskriptif dengan alasan bahwa penelitian tersebut berusaha untuk menggambarkan keadaan yang telah terjadi. Sementara itu ada juga yang mengelompokkan penelitian kausal komparatif ke dalam penelitian ex-postfacto dengan alasan bahwa dalam penelitian ini variabel juga telah terjadi dan peneliti tidak berusaha memanipulasi atau mengontrolnya.
Pada penelitian kausal komparatif, variabel penyebab dan variabel yang dipengaruhi telah terjadi dan dalam penelitian ini peneliti menentukan alasan atau penyebab status objek yang diteliti. Jadi, penelitian kausal komparatif berusaha mencermati pertanyaan what is the effect of X?.
Penelitian korelasi dan penelitian kausal komparatif kadang-kadang membingungkan. Kedua penelitian ini memiliki kesamaan-kesamaan seperti berikut.
1)      Kedua penelitian ini tidak memanipulasi variabel, karena variabel telah terjadi;
2)      Kedua penelitian ini juga tidak melakukan kontrol;
3)      Bila peneliti menggunakan paket program statistik dalam komputer, penelitian regresi otomatis juga menganalisis hasil korelasi.
Walaupun demikian, kedua penelitian tersebut memiliki perbedaan di antaranya sebagai berikut.
1)      Dalam penelitian korelasi, peneliti tidak mengidentifikasi atau membedakan antara variabel bebas dan variabel terikat.
2)      Dalam penelitian kausal komparatif, peneliti berusaha mengidentifikasi hubungan sebab akibat, dan dalam hubungan variabel yang kompleks mereka membedakan antara variabel bebas dan variabel terikat.
Penelitian kausal komparatif juga sering dibandingkan dengan penelitian eksperimen. Persamaan di antara keduanya adalah berusaha membangun hubungan sebab akibat. Selain itu, kedua penelitian ini juga melibatkan kegiatan perbandingan. Perbedaan antara keduanya terletak pada ada tidaknya manipulasi terhadap variabel bebas. Pada penelitian kausal komparatif, variabel bebas tidak dimanipulasi, sedangkan pada penelitian eksperimen dilakukan manipulasi terhadap variabel bebas.
Pada penelitian kausal komparatif, pertama kali peneliti melihat pengaruh pada variabel atau variabel terikat, baru kemudian melihat variabel penyebab. Sedangkan dalam penelitian eksperimen, peneliti secara random membuat dua grup, yaitu grup netral dan grup eksperimen yang akan memperoleh perlakuan dengan cara memanipulasi variabel bebas.
Kelebihan penelitian kausal komparatif adalah memungkinkan peneliti melakukan studi karena apabila digunakan eksperimen mungkin tidak dapat dilakukan karena beberapa alasan, misalnya tidak etis, menyalahi aturan sekolah, dan sebagainya. Kelemahanya adalah sebagai berikut.
a)      Karena variabel bebas telah terjadi, maka kontrol variabel tidak dapat dilakukan;
b)      Oleh karena tidak terdapat manipulasi dan kontrol, maka interpretasi hasil penelitian pada umumnya hanya menekankan pada hubungan dan prediksi variabel dengan tidak terlalu berorientasi pada hubungan sebab akibat.

Langkah-Langkah Penelitian Ex-postfacto
            Langkah-langkah penelitian ex-postfacto adalah sebagai berikut.
1)      Mengidentifikasi adanya permasalahan yang signifikan untuk dipecahkan melaui metode ex-postfacto.
2)      Membatasi dan merumuskan permasalahan secara jelas.
3)      Menentukan tujuan dan manfaat penelitian.
4)      Melakukan studi pustaka.
5)      Menentukan kerangka berpikir, pertanyaan penelitian, dan hipotesis penelitian.
6)      Mendesain metode penelitian yang hendak digunakan termasuk dalam hal ini menentukan penentuan populasi, sampel,teknik sampling, menentukan instumen pengumpulan data, dan menganalisis data.
7)      Mengumpulkan, mengorganisasikan, dan menganalisis data dengan menggunakan teknik statistika yang relevan.
8)      Membuat laporan penelitian.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar